DAKWAH MASYARAKAT KUALA LANGSA ‎ TINJAUAN PSIKOLOGI


DAKWAH MASYARAKAT KUALA LANGSA
TINJAUAN PSIKOLOGI

A.     Kondisi Objektif pada Masyarakat Kuala Langsa
Dari data yang saya peroleh dari salah satu warga masyarakat Kuala Langsa, ada beberapa segi yang dapat ditinjau yang meliputi kondisi:
1.      Pekerjaan
Masyarakat Kuala Langsa pada umumnya mereka bekerja sebagai nelayan dan ini juga tidak dilakukan oleh kaum Adam saja tetapi juga oleh kaum Hawa untuk membantu perekonomian suami mereka. Bisa saya gambarkan yang bekerja sebagai nelayan ada 90% dan sayang lainnya ada bekerja sebagai buruh, pedagang dan PNS.

2.       Pendidikan
Anak-anak di masyarakat Kuala Langsa masih banyak yang tidak bersekolah, di Kuala Langsa hanya ada 1 bangunan SD dan SMP. Sedangkan untuk melanjutkan sekolah SMA mereka harus ke kota Langsa. Yang melanjutkan Perguruan Tinggi dari mereka hanya 10% saja dari mereka selebihnya mereka hanya mampu melanjutkan sekolah sampai SLTP saja.

3.      Interaksi Sosial
Para nelayan hanya ada hari libur di hari jumat saja, jadi sudah jelas kalau untuik berinteraksi sosial mereka sangat minim, jadi hanya ada pengajian pada hari jumat saja.

4.      Kondisi Keagamaan
Di Kuala Langsa hanya ada 1 bangunan Masjid, 3 Mushalla dan 1 TPA umum dan 5 lainnya TPA khusus serta balai pengajian.

5.      Tujuan Psikologi
Dari data yang saya susun diatas bisa saya jelaskan untuk tinjauan psikologi pada masyarakat Kuala Langsa beberapa metode yaitu:
v  Metode pemberdayaan masyarakat dengan teknik partisipasi
Bentuknya adalah dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Masyarakat telah mendapatkan tempat dalam suatu pembangunan sejak perencanaan hingga evaluasi dilakukan oleh rakyat secara mandiri. Pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator, sedangkan agen dakwah sebagai pendamping hingga usainya suatu program. Target metode ini adalah masyarakat dapat mengambil sikap dan bergerak sendiri atau konatif. Teknik-teknik ini dapat diuraikan.
1.      Diskusi antara beberapa orang untuk membicarakan hal-hal yang bersifat khusus secara lebih mendalam
2.      Menentukan secara cepat problem-problem utama pada masyarakat
3.      Membuat gambar kondisi fisik sosial ekonomi masyarakat
4.      Penelusuran kegiatan muslimah tentang keadaan dan permasalahan yang berulang-ulang dalam kurun waktu di masyarakat.
5.      Mengetahui kejadian-kejadian dari suatu waktu sampai keadaan sekarang dengan persepsi orang setempat
6.      Alat analisis mata pencaharian masyarakat untuk panduan diskusi tentang kehidupan mereka dari mata pencaharian
7.      Mengungkapkan kecendrungan dari perubahan yang terjadi masyarakat dalam jangka tertentu.[1]

Diharapkan dengan teknik-teknik diatas masyarakat Kuala Langsa bisa menjadi masyarakat mapan baik dari segi ekonomi dan juga segi keagamaan, karena masyarakat dengan seikitnya mempunyai beberapa bangunan untuk mewujudkan masyarakat Kuala Langsa yang mapan.
Setelah dilakukan metode pemberdayaan pada masyarakat tersebut. Di waktu luang pada masyarakat itu da’i bisa melakukan dakwah persuasif. Dakwah persuasif adalah proses mempengaruhi mad’u dengan perkataan psikologis, sehingga mad’u mengikuti ajakan da’i tetapi merasa sedang melakukan sesuatu atas kehendak sendiri.

Keberhasilan suatu dakwah dimungkinkan oleh berbagai hal:
  1. Pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i memang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang merupakan satu keniscayaan yang tidak mungkin ditolak, sehingga mereka menerima pesan dakwah itu dengan antusias.
  2. Faktor pesona da’i yakni da’i tersebut memiliki daya tarik personal yang menyebabkan masyarakat mudah menerima pesan dakwahnya, meski kualitas dakwahnya boleh jadi sederhana saja.
  3. Kondisi psikologis masyarakat yang sedang haus siraman rohani, dan mereka terlanjur memiliki persepsi positif pada seseorang da’i sehingga pesan dakwah yang sebenarnya kurang jelas ditafsirkan sendiri oleh masyarakat denga penafsiran yang jelas.
  4. Kemasan pesan yang menarik, masyarakat yang semuala acuh tak acuh terhadap agama dan juga terhadap da’i setelah melihat paket dakwah yang diberi kemasan lain misalnya kesenian, stimulasi, atai dalam program-program pembangunan masyarakat. Maka paket dakwah itu berhasil menjadi stimula yang menggelitik persepsi masyarakat dan akhirnya mereka pun merespon secara positif.[2]

Dan cara yang lain dilakukan oleh media karena media merupakan salah satu kebutuhan psikologis masyarakat pada umumnya disebabkan olej beberapa prinsip umum mengenai potensi dewasa ini telah tumbuh, yakni:
§  Media penyiaran (broadcast media) lebih baik dalam menjangkau khalayak berjumlah besa, dalam waktu tepat dengan ide-ide yang rada sederhana
§  Media cetakan paling baik dalam memberikan informasi peringatan yang tepat waktu (timely) yang tidak dapat diharapkan untuk diingat sendiri oleh khalayak.

v  Komunikasi antar pribadi termasuk penyuluhan, pertemuan kelompok, organisasi masyarakat pertunjukan, merupakan  cara terbaik untuk mengajar, membina penerima khalayak dan menambah perubahan perilaku.[3]

Telaah psikologi dan psikologi agama tampaknya sudah mulai menyadari potensi-potensi dan daya psikis manusia yang berkaitan dengan kehidupan spritual kemudian menempatkan produksi dan daya psikis tersebut sebagai suatu yang penting dalam kehidupan manusia. Selain itu, mulai tumbuh suatu  kesadaran dan mengenai hubungan antara potensi dan daya psikis tersebut dengan sikap dan pola tingkah laku manusia.[4]
Seorang da’i bisa melakukan kegiatan penyuluhan bagi anak-anak yang terputus sekolah dengan cara mengadakan les pada rumah sekolah ataupun di TPA terdekat.

DAFTAR PUSTAKA

Azis, Moh. Ali,.  Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo persada, 2009

Mubarok, Ahmad,.  Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999

Nasution, Zulkarimen,. Komunikasi Pembangunan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009




[1] Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 379-381
[2] Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), hal. 161-162
[3] Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal.213
[4] Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2009), hal. 258

No comments:

Post a Comment