ISLAM DI SPANYOL (ANDALUSIA) DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENAISANS DI EROPA



A.     Masuknya Islam ke spanyol
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur Amerika Utara, Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal nama Liberia/Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika negeri subur itu dikuasai bangsa vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsidari Dinasti Bani umaiyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman khalifah Abdul Malik (685-705). Khalifah Abdul al-Malik mengangkat Hasanibn Nu’man al-Ghassani menjadi Gubernur daerah itu. Pada masa khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ib Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan kedaerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa  Pemerintahan Mu’awiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gotik.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan saru pasukan perang lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan tharif dan Kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Tharif ibn Ziyad.
Tharif ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dalam pertempuran di Makkah, Raja Roderick  dapat dikalahkan. Dari situ seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu Kota kerajaan Goth saat itu). Kebudayaan Islam memasuki Eropa melalui beberapa jalan, antara lain melewati Andalusia. Ini karena kaum muslimin telah menetap  di negeri itu sekitar 8 abad lamanya. Pada masa itu kebudayaan Islam di negeri itu mencapai puncak perkembangannya. Kebudayaan Islam di Andalusia mengalami perkembangan yang pesat diberbagai pusatnya, misalnya Cordova, Sevilla, Granada dan Toledo.
Kemenangan pertaama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa  sampai Navarre. Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 H, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan  melebar jauh ke Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam Nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya factor eksternal dan internal. Factor eksternalnya anara lain pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. Begitu juga dengan adanya perebutan kekuasaan antara Elite pemerintahan, adanya konflik umat beragama yang menghancurkan kerukunan dan toleransi di antara mereka. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, raja terakhir  yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan Ibukota Negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo diberhentikan begitu saja.
Hal yang menguntungkan tentara Islam lainnya adalah  bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat  perang. Selain itu orang Yahudi selama ini merasa tertekan juga telah mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum  muslimin.
Adapun factor internalnya yaitu suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh perjuangan dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri.  Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam disana.

B.     Perkembangan Islam di Spanyol
Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dibagi menjadi enam periode, yaitu:
1.      Periode pertama (711-755 M) pada periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali diangkat oleh Khalifah Bani umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan  pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing yaitu suku Quraisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering kali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figure.
2.      Periode kedua (755 – 912 M). pada periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan seorang  yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abasyiah di Baghdad. Amir pertama kali Abdurrahman I yang memasuki Spanyo pada tahun 138H/755M dan diberi gelar al- Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil mendirikan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol, penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adaah Abd al-Rahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd al-Rahman as-Ausath, Muhammad ibn Abd al-Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode inilah, umat Islam Spanyol memperoleh kemajuan-kemajuan baik di  bidang politik maupun bidang peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah  yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat  juga mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Ausath.
Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas Negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatic yang mencari kesahidan (martyrdom).
Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri, golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk Negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu jumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah  pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi. Namun ada yang berpendapat pada periode ini dibagi menjadi dua yaitu masa keamiran (755-912) dan masa kekhalifahan (912-1013).

3.      Periode ketiga (921 – 1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Maluk at-Thawaif. Pada periode ini spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan khalifah tersebut bermula bdari berita Spanyol kepada Abdurrahman III, bahwa Mutakdir khalifah Daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasyiah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini mulai dipakai pada tahun 927 M. khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abd alRahman al-Nasir (912-961), Hakam II (961-976 M) dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasyiah di Baghdad. Abd al-Rahman al-Nasir mendirikan Universitas Cordova. Akhirnya pada tahun 1013 M, dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan Khalifah, ketika itu Spanyol sudah terpecah dalm banyak sekali Negara kecil yang berpusat ndi kota-kota tertentu.

C.      

No comments:

Post a Comment