MAKNA PENTINGNYA MENGEMAS BAHASA YANG BAIK DALAM KEGIATAN DAKWAH



A.     Pengertian Bahasa
Bahasa adalah bentuk komunikasi baik itu tulisan, lisan, tertulis/tanda-tanda yang generatif (diciptakan) bahasa yang diucapkan terdiri dari suara atau fonem.[1]
Bahasa adalah alat penting bagi berfikir, tanpa bahasa manusia tidak dapat berfikir. Karena erat kaitannya hubungan antara bahasa dan berfikir itu, Plato pernah mengatakan dalam bukunya “Sophistes” berbicara itu berfikir yang keras (terdengar) dan berfikir itu adalah “berbicarabatin”.
Bahasa manusia adalah hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Semua benda, nama sifat, pekerjaan, dan hal lain yang abstrak, diberi nama. dengan demikian, segala yang pernah diamati dan dialami dapat disimpannya, menjadi tanggapan-tanggapan dan pengalaman-pengalaman kemudian diolahnya (berfikir) menjadi pengertian-pengertian.[2]
Bahasa merupakan salah satu alat interaksi sosial dapat juga dipandang salah satu aspek dari interaksi sosial tersebut. Wundt menganggap bahasa sebagai elemen (unsur) yang paling penting dalam masyarakat karena didalamnya terdapat unsur-unsur individual disenyawakan dengan jiwa masyarakat (bangsanya). Dari suara-suara Laryngeal kemudian manusia mengembangkan kapasitas bicaranya lebih lanjut, sehingga dapat membentuk rangkaian-rangkaian kata/kalimat-kalimat dan dapat mengadakan respons melalui pendengarannya sehingga dikatakanlah itu merupakan bahasa.
Dalam hubungannya dengan hidup sosial manusia bahasa mempunyai beberapa fungsi sosial, yaiu komunikasi sosial, kontrol sosial dan kerja sama sosial.dalam situasi sosial ilmiah mereka dipermudah dan ditentukan oleh bahasa mereka masing-masing.[3]

B.     Bahasa Merupakan Hal yang Penting dalam Kegiatan Dakwah
Ada beberapa hal yang menyebabkan bahasa sangat penting dalam kegiatan dakwah, antara lain, yaitu:
1.      Bahasa merupakan media dasar bagi interaksi sosial, tanpa bahasa kehidupan sosial manusia  tidak akan timbul dan tanpa bahasa partisipasi sosial diatas taraf biologis manusia tidak dapat dilangsungkan.
2.      Bahasa adalah satu-satunya pembawa kebudayaan dari suatu generasi pada generasi berikutnya yang mentransfer mekanisme ide-ide dan bentuk tingkah laku.
3.      Bahasa memungkinkan suatu rangkaian pengertian mengenai definisi-definisi umum yang sama diantara manusia.
4.      Bahasa memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak sejak taraf hidup biologisnya sampai dengan taraf hidup kemasyarakatannya sebagai makihluk sosial.
5.      Tanpa bahasa dalam kehidupan sosialnya manusia tidak dapat mewujudkan hubungan dengan manusia lain, oleh karena itu, bahasa harus ada dan dipelihara oleh suatu masyarakat mengingat keefektifannya dalam mempersatukan individu-individu ke dalam satu kelompok sosial.[4]

C.     Pentingnya Mengemas Bahasa yang Baik dalam Kegiatan Dakwah
Mengemas pesan dalam bahasa yang baik sangat dianjurkan oleh Al-quran yaitu dengan perkataan yang jauh dari kekerasan, lembut, indah, santun dan juga membekas pada jiwa memberikan pengharapan hingga mad’u  dapat dikendalikan dan digerakkan perilakunya oleh da’i. Term Qautan Sadida merupakan persyaratan umum suatu pesan dakwah agar dakwah persuasifnya memilih kata yang tepat mengenai sasaran sesuai dengan Field of Experience dan Frame of Reference komunikan telah dilansir dalam beberapa bentuk oleh Al-Quran diantaranya:
1.      Qaulan Baliqha (Perkataan yang Membekas pada Jiwa)
Ungkapan Qaulan Baliqha terdapat pada surah An-Nisa ayat 63
Yang dimaksud ayat diatas adalah perilaku orang munafik, ketika diajak untuk memahami hukum Allah, mereka menghalangi orang lain untuk patuh (ayat 61). Kalau mereka mendapat musibah atau kecelakaan karena perbuatan mereka sendiri, mereka datang mohon perlindungan atau bantuan. Mereka inilah yang perlu dihindari, diberi pelajaran atai diberi penjelasan dengan cara yang berbekas atau ungkapan yang mengesankan. Karena itu, Qaulan Baliqha dapat diterjemahkan ke dalam komunikasi yang efektif.
Jalaluddin Rahmat merinci pengertian Qaulan Baliqha tersebut menjadi 2, Qaulan Baliqha terhadi bila da’I (komunikator) menyesuaikan pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya sesuai dengan Frame of Reference and Field of Experience. Kedua Qaulan Baliqha terjadi bila komunikator menyentuh khalayak pada hati dan otaknya sekaligus.

2.       Qaulan Layyinan (Perkataan yang lembut)
Term Qaulan Layyinan terdapat dalam surah Thaha ayat 43-44 secara harfiah berarti komunikasi yang lemah lembut (layyin).
Berkata lembut tersebut adalahh perintah Allah kepada Nabi Musa dan Harun supaya menyampaikan Tabsyier dan Inzar kepada  Fir’aun dengan “Qaulan Layyinan” karena ia telah menjalani kekuasaan melampaui batas, Musa dan Harun sedikit khawatir menemui Fir’aun yang kejam.

3.      Qaulan Ma’rufan (Perkataan yang Baik)
Qaulan Ma’rufan dapat diterjemahkan dengna ungkapan yang pantas. Salah satu pengertian ma’rufan secara estimologis adalah al-Khair atau Ihsan, yang berarti yang baik-baik. Jadi Qaulan Ma’rufan mengandung pengertian atau ungkapan yang pantas dan baik. Didalam al-Quran ungkapan Qaulan Ma’rufan ditemukan pada 3 surah da 4 ayat. Yakni 1 ayat pada surah al-Baqarah 2 : 235, 2 ayat pada surah an-Nisa ayat 5 dan 8, serta 1 ayat lagi terdapat pada surah al-Ahzab ayat 32.
Jalaluddin Rahmat menjelaskan bahwa Qaulan Ma’rufan adalah perkataan baik. Allah menggunakan fase ini ketika bicara tentang kewajiban orang-orang kaya atau orang-orang kuat terhadap orang-orang yang miskin atau lemah. Qaulan Ma’rufan berarti pembicaraan yang bermanfaat, memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukkan pemecahan terhadap kesulitan kepada orang yang lemah, jika kita tidak dapat membantu secara material, kitaharus dapat membantu psikologi.

4.      Qaulan Maisura (Perkataan yang Sederhana)
Dakwah dengan Qaulan maisura artinya pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah mengerti dan dapat dipahami secara spontan tanpa harus berfikir 2 kali. Pesan dakwah model ini tidak memerlukan dalil Naqli maupun argumen-argumen logika.
Dakwah dengan pendekatan Qaulan Maisura harus menjadi pertimbangan mad’u yang dihadapi itu terdiri dari :
v  Orang tua atau kelompok orang tua yang merasa dituakan, yang sedang menjalani kesedihan lantaran kurang bijaknya perlakuan anak terhadap orang tuanya atau oleh kelompok yang lebih muda.
v  Orang yang tergolong didzalimi haknya oleh orang-orang yang lebih kuat.
v  Masyarakat yang secara sosial berada dibawah garis kemiskinan, lapisan masyarakat tersebut sangat peka dengan nasihat yang panjang, karenanya da’i harus memberikan solusi dengan membantu mereka dalam dakwah.

5.      Qaulan Karima (Perkataan yang Mulia)
Dakwah dengan Qaulan Karima sasarannya adalah orang yang telah lanjut usia, pendekatan yang digunakan adalah dengan perkataan yang mulia,santun, penuh penghormatan dan penghargaan tidak menggurui tidak perlu ritorika yang meledak-meledak. Term Qaulan Karima terdapat dalam surah al-Isra’ ayat 23.[5]

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Faizah d lalu Muchsin,. Psikologi Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009

Munir, M,. Metode Dakwah, Jakarta: kencana, 2009

Purwanto, Ngalim,. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007

Santrock, John W,. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008


[1] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008),hal. 67
[2] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal.43
[3] Faizah D Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hal.142-144
[4] I b i  d, Faizah…., hal. 44
[5] M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 165-170

No comments:

Post a Comment