PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS UNGGUL DENGAN NON UNGGUL


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Anak adalah karunia Allah SWT, yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Anak menjadi tempat curahan kasih sayang Orang Tua. Namun sejalan dengan bertambahnya usia sang Anak, muncul agenda persoalan baru yang tiada habisnya. Ketika beranjak dewasa, anak dapat menampakkan wajah manis dan santun, penuh berbakti kepada Orang Tua, berprestasi di sekolah, bergaul dengan baik dengan lingkungan masyarakatnya, tetapi di lain pihak dapat pula sebaliknya, perilakunya semakin tidak terkendali, bentuk kenakalan berubah menjadi kejahatan dan Orang Tua pun selalu cemas memikirkannya.
Pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar dalam pembinaan manusia yang berkualitas, cerdas dan bertanggung  jawab atas dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Perlu disadari dengan baik oleh para Orang Tua dan Guru di sekolah bahwa anak memiliki kemampuan yang tumbuh perlahan-lahan untuk merenungkan mana yang benar dan mana yang salah, dengan menggunakan sumber kecerdasan emosional dan intelektual pikiran yang dimilikinya.
Menurut Laurence, kecerdasan emosional anak dapat dilihat pada keuletan, optimisme, motivasi diri dan antusiasme, lebih lanjut beliau mengemukakan kecerdasan emosional pengukurannya bukan didasarkan pada kepintaran seorang Anak tetapi melalui suatu yang  disebut dengan karakteristik pribadi atau karakter.[1]
Dapat kita artikan bahwa kecerdasan emosional merupakan kecerdasan qalbu yang berkaitan dengan pengendalian nafsu-nafsu, impulsive dan agresif. Kecerdasan ini mengarahkan seorang anak untuk bertindak secara berhati-hati, waspada, tenang, sabar dan tabah ketika  mendapat musibah dan berterimakasih ketika ia mendapat kenikmatan.[2]
Sekolah khususnya kelas dan guru selalu berhubungan dalam menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini merupakan tujuan utama bersekolah yaitu untuk menciptakan sebuah lingkungan belajar yang kondusif. Pengelompokkan siswa yang terjadi melalui kebijakan pemerintah yang terlihat dalam konsep sekolah atau kelas unggul yang muncul di tengah reformasi.
Pendidikan yang sedang digalakkan diseluruh pelosok tanah air, kebijakan itu akibat dampak dari persaingan global yang menyebabkan orang-orang berkompetensi dalam segala bidang khususnya dalam bidang pendidikan.
Maka dari itu, untuk menjawab tantangan globalisasi dan kebutuhan zaman, pemerintah mencoba merespon keadaan tersebut dengan memproduksikan sejumlah kebijakan yang diterapkan pada banyak sektor, salah satunya adalah sektor pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai kekuatan masa depan karena merupakan alat perubahan yang sangat ampuh (Edgar, 2005; 9). Oleh pemerintah, untuk menjawab tantangan dalam dunia pendidikan perlu ada sebuah kebijakan khusus agar mampu melahirkan  siswa-siswa yang bermutu. Realitas ini mengantarkan sebuah konsep pendidikan berupa sekolah unggul atau kelas  unggul.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas dan membuat penelitian secara langsung di Sekolah Menengah Pertama (SMP Negeri 1 Simpang Ulim). Dengan judul “Perbedaan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas Unggul dengan Kelas Non Unggul di SMP Negeri 1 Simpang Ulim.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
1.      Apakah ada perbedaan kecerdasan emosional yang dimiliki siswa kelas unggul dan non unggul di SMP Negeri 1 Simpang Ulim?
2.      Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kecerdasan emosional siswa kelas unggul dan kelas non unggul di SMP Negeri 1 Simpang Ulim?

C.     Penjelasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya kekeliruan atau kesalahpahaman tentang istilah yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini, maka penulis terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang kata atau istilah yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini. Adapun istilah tersebut adalah :


1.      Perbedaan
Perbedaan berasal dari kata “beda” ditambah awalan “per” dan akhiran “kan” menjadi “Perbedaan” yang berarti sesuatu yang membuat berlainan.
Adapun yang penulis maksud dengan perbedaan disini adalah perbedaan kecerdasan emosional siswa kelas unggul dan kelas non unggul di SMP Negeri 1 Simpang Ulim.
2.      Kecerdasan
Kecerdasan adalah prihal cerdas, kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran). Sedangkan yang penulis maksud dengan kecerdasan disini adalah kualitas akal pikiran anak terhadap emosional.
3.      Emosional
Emosional berasal dari kata “emosi” yang artinya perasaan batin yang meluap timbul dari hati. Jadi emosional adalah persepsi perubahan jasmaniah yang terjadi dalam memberi tanggapan (respons) terhadap suatu peristiwa.[3]  
4.      Siswa
Siswa adalah peserta didik yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran  yang bersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Siswa yang penulis maksud disini adalah peserta didik yang sedang berusaha mengembangkan potensi dirinya pada jenjang pendidikan tingkat SLTP yaitu para siswa yang saat ini sedang belajar.
5.      Kelas unggul
Kelas unggul adalah tingkatan yang lebih tinggi (seperti, pandai, cakap) yang terbaik diantara yang lain.
Yang penulis maksud kelas unggul disini  adalah kelas unggul yang ada di SMP Negeri 1 Simpang Ulim.

D.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan dana penjelasan istilah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian proposal antara lain :
1.      Untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosional yang dimiliki siswa kelas unggul dan kelas non unggul.
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional siswa kelas unggul dan kelas non unggul.

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah :
1.      Bagi penulis, penelitian ini sebagai tugas akhir dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Simpang Ulim jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam.
2.      Bagi lembaga pendidikan yang teliti, dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam agar dapat mencetak generasi yang cerdas dan berintelektual.
3.      Bagi para pendidik, hal ini merupakan hasil pemikiran yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan usaha pengajaran menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang dicita-citakan.

E.     Postulat dan Hipotesis
1.      Postulat
Postulat adalah landasan yang  diteliti dan tidak perlu lagi diragukan kebenarannya.[4]  Postulat atau anggapan dasar juga merupakan tumpuan segala pandangan kegiatan terhadap masalah-masalah yang ingin diteliti. Karena postulat merupakan titik tolak untuk menyusun landasan teori dalam suatu penelitian.
Postulat inilah yang menjadi titik pangkal, titik dimana tidak lagi menjadi keraguan peneliti.
Postulat dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.


2.      Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti pada data yang terkumpul.[5] Jadi hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara dalam suatu penelitian yang akan dibuktikan kebenarannya.
Berdasarkan postulat diatas maka, yang dijadikan hipotesis dalam penelitian ini adalah berhasil tidaknya seorang siswa dalam mencapai prestasinya  sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosional yang dimiliki siswa itu sendiri.

F.      Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis ialah suatu kerangka yang menjelaskan tentang landasan suatu penelitian untuk menguatkan kita dalam melakukan penelitian. Kerangka teoritis yang penulis maksud disini ialah berdasarkan teori-teori para ahli yang menjelaskan tentang kecerdasan emosional siswa.
Menurut Saphiro, istilah kecerdasan emosional pertama kali di lontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang ahli yaitu Peter Salovey dan John Mayer. Pencipta istilah kecerdasan emosional, bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih, dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga mambantu perkembangan emosi dan intelektual.[6]
Teori lain dikemukakan oleh Reuven Bar-on, sebagaimana dikutip Steven J. Stein dan Howard E. Book. Ia menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi dan kecapakan nonkognitif yang mempengaruhi kemampuan seorang anak untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.[7]
Kecerdasan emosionallah yang memotivasi seseorang untuk mencari manfaat dan mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah apa yang dipikirkan menjadi apa yang dijalani. Kecerdasan emosional menuntut seorang anak belajar mengakui dan menghargai perasaan pada dirinya dan orang lain untuk menanggapi  dengan tepat, menerapkan, dengan efektif informasi dan energi, emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Jadi, kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.[8]

G.    Metodologi Penelitian
1.      Metodelogi Penelitian
 Dalam penulisan ini metode merupakan suatu hal yang sangat penting  guna untuk mencapai sasaran yang dimaksud, tanpa metodologi ilmiah maka suatu tulisan tidak dapat dianggap suatu karangan ilmiah, sehingga dalam penulisan ini perlu menggunakan  kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dalam penulisan suatu karya ilmiah.
Demikian pula dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif  yaitu suatu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang aktual.[9]
Dimana penulis akan membahas dengan cara menyusun, mengklasifikasikan dan menganalisis tentang perbedaan kecerdasan emosional siswa, sehingga akan diperoleh kesimpulan dari data tersebut.

2.      Pendekatan Penelitian
Dalam penulisan ini penulis menggunakan pendekatan penelitian sebagai berikut :
a.       Library Research
Library research yaitu pengumpulan data dengan sejumlah buku-buku, majalah, Naskah dan lain-lain yang berhubungan dengan perbedaan kecerdasan emosional siswa kelas unggul dan kelas non unggul di SMP Negeri 1 Simpang Ulim .

b.      Field Research
Field research yaitu suatu penelitian lapangan yang dilakukan terhadap objek pembahasan yang menitik beratkan pada kegiatan lapangan. Seperti mencari informasi tentang perbedaan kecerdasan emosional siswa kelas unggul dan non unggul di SMP Negeri 1 Simpang Ulim.

3.      Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi dan data di lapangan penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a.       Interview
Interview yaitu wawancara, Tanya jawab  antara wartawan dengan orang terkemuka dan hasil pembicaraan  itu disiarkan dalam surat kabar atau majalah.[10]
Dalam hal ini penulis langsung terjun menjumpai dan mengadakan serangkaian wawancara dengan kepala sekolah, guru yang telah ditetapkan di SMP Negeri 1 Simpang Ulim.

b.      Angket
Angket yaitu daftar pertanyaan tertulis tentang suatu masalah dengan ruang dan jawaban bagi setiap pertanyaan sehingga dengan angket ini akan diketahui  tentang pengalaman pengetahuan dan sikap atau pendapat responden mengenai perbedaan kecerdasan emosional siswa kelas unggul dan kelas non unggul di SMP Negeri 1 Simpang Ulim.


c.       Observasi
Observasi yaitu pengamatan suatu teknik pengumpulan data dimana penulis langsung mengadakan pengamatan ke lokasi penelitian untuk melihat bagaimana perbedaan kecerdasan emosional siswa kelas unggul dan kelas non unggul di SMP Negeri 1 Simpang Ulim. Observasi ini akan memperkuat data yang diperoleh melalui wawancara dan angket.

d.      Sumber Data
Dalam penulisan skripsi ini, guna untuk memperkuat dan memperjelas data-data yang diperoleh, penulis langsung turun ke lapangan dengan menyebarkan angket kepada guru dan siswa sebagai sumber primer dan meminta kesediaan responden untuk memberikan jawaban-jawaban dari sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang ada yang dapat mendukung skripsi ini yang dijadikan sumber skundernya.
Populasi dan objek penelitian ini adalah para siswa-siswi dan guru SMP Negeri 1 Simpang Ulim, mengingat jumlah populasi yang di teliti terlalu luas, maka penulis mengambil sebahagian  dari jumlah populasi  untuk menjadi sampel penelitian yaitu beberapa orang  saja yang dianggap penting  dalam penelitian ini, sehingga sampel diatas mewakili populasi secara keseluruhan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN


Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta;1993

Chaniago, Amran, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung, Pustaka Setia, 1995

Mijid, Abdul, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada; 2002

Sobur, Alex, Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah, Bandung ; CV Pustaka  Setia, 2003

Uno, B. Hamzah, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta : PT Bumi Aksara; 2006







[1] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran ,(Jakarta : PT Bumi Aksara; 2006) hal. 101
[2] Abdul Mijid, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada; 2002) hal. 318
[3] Op. cit. hal. 62
[4] Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta;1993) hal. 56
[5] Ibid. hal. 62
[6] Op.cit. hal. 58
[7] Ibid, hal. 69
[8] Ibid, hal. 71
[9] Winarso Surakhmad, Dasar-dasar Penelitian dan Teknik Research. (Bandung : CV. Tarsito, 1975), hal. 12
[10] Amran, Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung, Pustaka Setia, 1995), hal. 34

No comments:

Post a Comment