PROPOSAL MENINGKATKAN EFEKTIVITAS HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VI SD NEGERI SINDANGSARI 4 KECAMATAN CIGEDUG KABUPATEN GARUT DALAM MENENTUKAN VOLUM BANGUN RUANG MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA KUBUS SATUAN



HASANUDIN

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.
Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarana dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada problematika klasik yaitu kualitas pendidikan. Problematika ini setelah dicoba dicari akar permasalahannya seperti sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu dari mana mesti harus diawali.
Mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran yang dianggap paling sulit oleh peserta didik, akibatnya nilai yang didapat sangat rendah dan miskin, padahal pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan kepada peserta didik sejak SD hingga SMA. Alokasi waktu mata pelajaran matematika pun cukup banyak dibanding dengan mata pelajaran lainnya. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), kemampuan baca tulis dan berhitung bagi peserta didik di tingkat SD merupakan syarat naik ke kelas VI. Di sisi lain, matematika merupakan mata pelajaran yang melatih anak untuk berpikir rasional, logis, cermat, jujur, dan sistematis. Pola pikir yang demikian sebagai sesuatu yang perlu dimiliki peserta didik sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari. Penerapannya pun akan membantu manusia dalam memecahkan masalah kehidupan dalam berbagai kebutuhan.
Melihat kondisi tersebut, maka matematika dianggap sebagai materi yang sangat penting. Namun matematika masih kurang diminati peserta didik baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA. Hal itu perlu perhatian guru untuk memperbaiki metode serta pendekatan dalam belajar mengajar sehingga peserta didik merasa senang dan termotivasi untuk belajar matematika.
Sebagaimana yang terjadi di kelas VI SD Negeri Sindangsari 4 Kecamatan Cigedug, indikasi hasil belajar peserta didik mata pelajaran matematika menunjukkan urutan terbawah dibanding mata pelajaran lain. Diketahui bahwa pada pokok bahasan Volum Bangun Ruang, hasil ulangan harian selama dua kali, hasilnya baru mencapai rata-rata kelas 5,6, hal tersebut masih sangat perlu diupayakan peningkatannya.
Menurut hasil analisis ulangan harian pada tahun-tahun sebelumnya, diketahui bahwa pada tahun pelajaran 2008-2009 hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan tersebut baru mencapai rata-rata 5,4 dan tahun 2009-2010 meningkat menjadi 5,6. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ada kesulitan yang cukup berarti bagi peserta didik kelas VI dalam memecahkan dan menyelesaikan soal pokok bahasan volum bangun ruang, maka guru perlu mengusahakan berbagai upaya untuk meningkatannya. Salah satu upaya yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik adalah melalui penggunaan alat peraga. Penggunaan alat peraga diharapkan dapat meningkatkan, membantu, dan memperjelas konsep-konsep abstrak agar menjadi konkret. Alat peraga akan menstimuli minat sekaligus mempercepat proses pemahaman peserta didik dalam pembelajaran, proses pemahaman pun akan lebih cepat dan meningkat ketika mendapkan hal-hal yang abstrak dan sulit dimengerti. Kebaikan alat peraga bagi pembelajaran juga membuatnya lebih bersemangat karena dengan pola-pola belajar yang bervariatif. Pembelajaran dengan alat peraga mudah dicerna dibandingkan dengan pembelajaran yang bersifat verbalistik. Alat peraga yang tepat untuk menerangkan volum bangun ruang diantaranya kubus satuan. Alat peraga tersebut menjadikan anak akan mampu memecahkan masalah melalui pengamatan, penganalisisan, dan pembuktian secara terpadu.
Bertitik tolak pada latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas untuk mengkaji lebih mendalam yang dirumuskan dalam judul “Meningkatkan Efektivitas Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VI SD Negeri Sindangsari 4 Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut dalam Menentukan Volum Bangun Ruang melalui Penggunaan Alat Peraga Kubus Satuan”.
Adapun alasan peneliti tertarik memilih judul tersebut berlandaskan pada pertimbangan sebagai berikut ini.
1.      Peneliti sebagai guru kelas VI SD Negeri Sindangsari 4 merasa perlu untuk meningkatkan proses belajar peserta didik mata pelajaran matematika.
2.      Peneliti sebagai guru kelas VI SD Negeri Sindangsari 4 merasa perlu untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan tersebut yang nilai rata-ratanya baru mencapai 5,6.
3.      Peneliti bertujuan untuk meningkatkan proses belajar dan hasil belajar matematika dengan mengupayakan pengadaan alat peraga buatan peneliti bersama peserta didik serta menggunakannya dengan tepat dan optimal.

B.     Perumusan Masalah
Agar penelitian dapat terlaksana secara efektif dan sistematis, maka haruslah permasalahan dirumuskan terlebih dahulu. Menurut Sukidin, dkk. (2008:67) melalui perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi peneliti untuk menetapkan tindakan perbaikan (alternatif solution) yang perlu dilakukan, jenis data yang dikumpulkan, prosedur, serta cara menginterpretasikannya.
Memperhatikan pendapat tersebut dan latar belakang masalah di atas, permasalah yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut ini.
1.      Apakah dengan menggunakan alat peraga kubus satuan dapat meningkatkan   proses belajar siswa dalam menentukan volum bangun ruang?
2.      Apakah penggunaan alat peraga kubus satuan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Sindangsari 4 Kecamatan Cigedug dalam menentukan volum bangun ruang?

C.    Cara Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kubus satuan. Dengan sistem ini diharapkan partisipasi kontributif dan inisiatif siswa dalam bentuk kemampuan mengidentifikasi, memecahkan, dan memahami cara pengerjaan penghitungan volum bangun ruang dapat lebih mudah dan efektif. Selain itu juga, proses pembelajaran serta hasil belajar diharapkan dapat meningkat.

D.    Tujuan Penelitian
Suatu penelitian dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut ini.
1.      Untuk meningkatkan proses belajar siswa kelas VI SD Negeri Sindangsari 4 Kecamatan Cigedug dalam menentukan volum bangun ruang.
2.      Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Sindangsari 4 Kecamatan Cigedug dalam menentukan volum bangun ruang.

E.     Manfaat Penelitian
Pasca penelitian diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoretik maupun praktik. Manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut ini.
1.      Proses pembelajaran matematika di kelas tidak lagi berjalan monoton.
2.      Ditemukan strategi pembelajaran yang tepat.
3.      Metode yang digunakan bersifat tidak lagi konvensional, tetapi lebih variatif.
4.      Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri, kelompok, baik terstruktur maupun tidak terstruktur dapat meningkat.
5.      Kualitas pembelajaran matematika meningkat.

F.     Kerangka Teoretis dan Hipotesis Tindakan
1.      Kerangka Teoretis
a)      Hakikat pembelajaran matematika
Mata pelajaran matematika berkaitan erat dengan kemampuan-kemampuan siswa terhadap pemahaman struktur dasar sistem bilangan daripada mempelajari keterampilan dan fakta-fakta hafalan. Pelajaran matematika sesuai dengan kurikulum SD tahun 2004 menekankan mengapa dan bagaimana matematika melalui penemuan dan eksplorasi. Kline (dalam Simanjuntak, dkk., 1993:64) menyebutkan bahwa jatuh bangunnya suatu negara dewasa ini tergantung dari kemajuan di bidang matematika. Melihat pendapatnya, negara membutuhkan orang-orang yang pandai di bidangnya. Salah satunya dibuktikan adanya pembelajaran matematika sekolah menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (dalam Diknas, 2006:1) bertujuan untuk mengembangkan matematika dengan harapan tercapainya hal-hal sebagai berikut ini.
(a)    Menunjukkan pemahaman konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
(b)   Mempunyai kemampuan pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan, dan pernyataan matematika.
(c)    Mempunyai sikap menghargai kegunaan metematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tau, perhatian, minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

b)      Belajar
Tujuan pembelajaran matematika dapat dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang dapat dibuktikan dalam proses belajar. Belajar merupakan suatu proses perubahan. Gagne dan Berliner (dalam Anni, 2004:2) berpendapat bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Morgan berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Menurut Slavin, belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Sejalan dengan pakar-pakar di atas, Gagne pun mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan (dalam Anni, 2004:2). Pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu: (a) belajar berkaitan dengan perubahan perilaku; (b) perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman; (c) perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
Pengertian belajar pada dasarnya adalah berusaha mendapatkan sesuatu kepandaian (Poerwadarminta,1988:108). Sedangkan menurut istilah populer bahwa pengertian belajar adalah proses perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai bentuk pengalaman-pengalaman atau praktik (David dalam IKIP Semarang, 1996:2). Dalam penelitian ini, belajar yang dimaksud adalah suatu proses perubahan dari kurang baik menjadi lebih baik dalam mempelajari pelajaran matematika berupa hasil yang diperolehnya.
Saat proses belajar berlangsung, terkadang siswa bosan dengan pembelajaran yang monoton tanpa adanya variasi yang menstimuli pemikiran mereka untuk lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Proses belajar merupakan mengubah atau memperbaiki tingkah laku melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungannya (Simanjuntak, dkk., 1993:2). Untuk dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar yang optimal. Menurut Simanjuntak, dkk., (1993:52) adalah dengan adanya proses belajara yang efektif. Untuk mengefektifkannya, maka harus diterapkan berbagai upaya yang dapat meningkatkan gairah belajar mereka. Salah satu rangsangan itu dapat dilakukan melalui alat peraga sebagai alat bantu pembelajarannya. Selain itu, Simanjuntak, dkk., (1993:76) menegaskan bahwa salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya pembelajaran matematika adalah dengan menguasai teori belajar mengajar matematika. Hal itu pun diperlukannya suatu orientasi kesiapan siswa untuk belajar, kemudian perlu adanya suatu teknik dan orientasi yang pada hierarkinya dengan cara membilah-bilah lebih lanjut (Gagne dalam Simanjuntak, dkk., 1993:79). Maksud pendapa tersebut yaitu perlu adanya pemahaman dari setiap elemen dalam materi yang dajarkan. Hal ini akan meningkatkan baik stimulus, respons, serta konsep-konsep yang ada di dalamnya.
c)      Hasil belajar
Hasil belajar merupakan bukti otentik sejauh mana proses pembelajaran tercapai. Hasil belajar diartikan sebagai keberhasilan usaha yang dapat dicapai (Winkel,1998:162). Hasil belajar merupakan keberhasilan yang telah dirumuskan guru berupa kemampuan akademik. Surachmad (1981:2) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan nilai hasil yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar. Hasil belajar meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor (Sunaryo,1983:4). Hal tersebut berarti hasil belajar yang merupakan hasil dari proses belajar.
d)     Alat peraga
Dalam menghitung volum balok, siswa terdeteksi mengalami kesulitan sehingga mereka enggan belajar. Peserta didik tidak mengerti dan kurang memahami terhadap materi yang disampaikan. Dengan alasan itu, dalam penelitian ini alat peraga menjadi pendukung yang sangat aktif untuk menumbuhkan sikap peserta didik sehingga mampu tenggelam dalam suasana yang ramah, nyaman, dan menyenangkan sehingga proses pembelajaran akan berlangsung efektif, dan materi pun dapat diterima dengan mudah.
Dalam praktik kegiatan pendidikan, alat peraga sering pula disebut dengan media pembelajaran. Oleh karena itu, dalam hal ini peneliti tidak akan mempersoalkan penggunaan istilah tersebut. Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar” atau peraga (Depag RI, 2004:11). Alat peraga digunakan sebagai alat bantu pembelajaran, maka hasil belajar menjadi lebih berkualitas. Alat bantu ini memiliki fungsi untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan sehingga berperan penting dalam meningkatkan keberhasilan siswa karena melalui penggunaan alat peraga, siswa dapat mengamati, menaksir, dan meramalkan berbagai hal baik melalui indera penglihat, peraba, maupun pendengar. Keterlibatan alat-alat indera dapat menggairahkan siswa dalam belajar sehingga akan mudah terangsang untuk mencoba melakukan sesuatu hal yang diperlukan.
2.      Hipotesis tindakan
Penelitian ini direncanakan ke dalam tiga siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (ackting), pengamatan (observer), dan refleksi (reflecting). Melalui tiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut ini.
a)       Proses belajar siswa pada pembelajaran penghitungan volum bangun ruang dapat meningkat setelah menggunakan alat peraga kubus satuan.
b)      Hasil belajar siswa pada pembelajaran penghitungan volum bangun ruang dapat meningkat setelah menggunakan alat peraga kubus satuan.

G.    Rencana dan Prosedur Penelitian
1.      Lokasi
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Sindangsari 4 Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut yaitu pada seluruh siswa kelas VI yang yang berjumlah 28 anak, terdiri dari 11 siswa putri dan 17 siswa putra. Penelitian ini dilaksanakan pada jam pelajaran mata pelajaran matematika.
2.      Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan tiga siklus dan masing-masing siklus meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu suatu putaran kegiatan beruntun, yang kembali ke langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi.
Berikut ini adalah gambar alur siklus tindakan kelas yang dipakai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.
Bagan 1
 ALUR SIKLUS TINDAKAN KELAS
 







                                             






Skematik kegiatan inti penelitian, dengan perubahan oleh peneliti (Aqib, 2006:36).
Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada hal ini ialah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

1)      Siklus 1
(a)    Perencanaan

(1)   Dokumentasi kondisional meliputi data hasil ulangan pokok bahasan menentukan volum kubus, dan observasi guru terhadap pembelajaran matematika yang akan berlangsung.
(2)   Identifikasi masalah Identifikasi dan klarifikasi semua masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar.
(3)   Merancang rencana pembelajaran.
(b)   Tindakan
(1)   Guru menyiapkan rencana pengajaran.
(2)   Guru memberikan soal-soal pada siswa.
(3)   Guru mengevaluasi tingkat daya serap siswa terhadap proses pembelajaran.
(4)   Guru merencanakan pembelajaran dengan menerangkan materi tentang pokok bahasan volum kubus dilanjutkan dengan memberikan contoh-contoh soalnya.
(5)   Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran seperti bertanya, mengungkapkan pendapat, diskusi dan lain sebaginya.
(6)   Guru memberikan soal-soal latihan setiap akhir pertemuan.
(7)   Guru memberikan soal-soal tes pada akhir siklus 1.
(c)    Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data aktivitas pembelajaran, baik data pembelajaran (guru) maupun data pembelajaran siswa. Peneliti menyiapkan angket observasi yang dilakukan dengan data pengukur.
(d)   Refleksi
Data dikumpulkan kemudian direfleksi oleh peneliti. Refleksi dilakukan dengan cara mengukur baik cara kuantitatif maupun kualitatif. Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian disimpulkan bagaimana hasil belajar siswa dan bagaimana hasil pembelajaran guru yang teah dilakukan, kemudian direfleksikan berupa hasil analisis yang telah dikerjakan.
(1)   Apakah terjadi peningkatan kualitas belajar sebelum diterapkan pembelajaran dengan alat peraga?
(2)   Apakah alat peraga yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman siswa konsep bangun ruang?
(3)   Berapakah jumlah siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar setelah dilakukan pembelajaran dengan alat peraga?
(4)   Sudahkah mencapai target yang diinginkan sesuai dengan yang diharapkan guru?
(5)   Sudahkah guru menerapkan struktur pengajaran matematika yang baik?
(6)   Sudahkah guru mengadakan pendekatan kepada siswa dengan baik dan menggunakan alat peraga kubus satuan?
2)      Siklus 2
(a)    Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1, maka diadakan perencanaan sebagai berikut ini.
(2)   Identifikasi masalah
Masalah siklus 1 yang belum berhasil pada pokok bahasan volum kubus.
(3)   Rencana tindakan
Penerapan pembelajaran dengan meningkatkan efektifitas penggunaan alat peraga harus lebih ditekankan lagi agar lebih mengoptimalkan keaktifan siswa.
(b)   Tindakan
(1)   Guru melakukan semua tindakan sebagaimana pada siklus I.
(2)   Guru memberikan soal-soal latihan.
(3)   Menjelaskan materi lanjutan dengan alat peraga yang lebih banyak dan variatif.
(4)   Mengadakan Tes akhir siklus II.
(c)    Pengamatan
Pelaksanaan atau tindakan siklus 2 sesuai dengan perencanaan yang diprogramkan yaitu:
(1)   Atas dasar hasil siklus 1, maka permasalahan dapat diidentifikasi dan dirumuskan.
(2)   Mengontrol siswa yang kurang aktif dengan cara mengadakan pendekatan dan bimbingan khusus.
(3)    Guru menerangkan kembali materi yang kurang dipahami siswa dengan contoh-contoh soalnya secara sistematis.
(4)   Merencanakan kembali pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran konsep bangun ruang.
(5)   Siswa diberi soal-soal latihan untuk dibahas kembali.
(6)   Guru memberikan soal-soal tes pada akhir siklus 2.
(d)   Refleksi
Peneliti merefleksi semua tindakan pada siklus 1 dan siklus 2, kemudian melakukan refleksi terhadap tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Refleksi terhadap keberhasilan siklus I dan II, kemudian tindakan apa yang perlu dilakukan pada siklus III selanjutnya.

2)      Siklus 3
(a)    Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, maka diadakan perencanaan yang meliputi:
(1)   Identifikasi masalah
Masalah siklus II yang belum berhasil pada pokok bahasan tersebut. Kesulitan yang dihadapi siswa dan kegairahan siswa dalam pembelajaran.
(2)   Rencana tindakan
Penerapan pendekatan keterampilan proses menggunakan alat peraga kubus satuan harus lebih ditekankan lagi terutama keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
(b)   Tindakan
(1)   Guru melakukan semua tindakan pada siklus II.
(2)   Guru memberikan soal-soal latihan.
(3)   Menjelaskan materi lanjutan dengan alat peraga yang lebih banyak dan variatif terutama soal latihan pada siklus II di mana item soal mana yang dianggap paling sulit.
(4)   Mengontrol siswa yang kurang aktif dengan cara mengadakan pedekatan dan bimbingan khusus dan yang pandai diberikan pengayaan materi dalam pembelajaran.
(5)   Guru menerangkan kembali materi yang kurang dipahami pada siklus II dengan contoh-contoh soalnya berikut contoh pengerjaannya.
(6)   Memastikan keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran konsep menentukan volum kubus.
(7)   Siswa diberi soal-soal latihan untuk dibahas kembali.
(8)   Guru memberikan soal-soal tes pada akhir siklus III.
(c)    Pengamatan
Peneliti melakukan tindakan pada siklus III untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan siklus yang sedang berlangsung.
(d)   Refleksi
Peneliti merefleksi semua tindakan pada siklus I, II dan siklus III, kemudian melakukan refleksi dengan pendekatan yang dilakukan dalam tindakan kelas. Refleksi terhadap keberhasilan siklus I, II dan III, kemudian tindakan apa yang perlu dilakukan pada siklus selanjutnya sebagai refleksi siklus selanjutnya jika memungkinkan, namun penelitian tindakan ini direncanakan dan dibatasi sampai pada siklus III.

No comments:

Post a Comment