MAKALAH PENYAKIT RADANG PANGGUL (PELVIC INFLAMMATORY DISEASE)


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan kebidanan ibu nifas dengan abses pelvis.
Kami menyadari terselesainya penyusunan makalah ini berkat adanya bantuan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan yang selalu sabar dan ikhlas membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami juga menyadari akan kekurang sempurnaan penulisan makalah ini oleh karena itu kritik dan saran selalu kami harapkan untuk bahan perbaikan di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Amin

Tulungagung,    Oktober  2012
Penyusun


DAFTAR ISI

Halaman Cover..............................................................................................   i
Kata Pengantar..............................................................................................   ii
Daftar Isi.......................................................................................................   iii
             BAB I       PENDAHULUAN
                   1. Latar Belakang....................................................................   1
1         2. Rumusan Masalah...............................................................   2         
1         3. Tujuan Penulisan..................................................................   2
             BAB II     PUSTAKA
                  2.1    Definisi................................................................................   3
                  2.2    Etiologi................................................................................   3
     2.3    Patofisiologi.........................................................................   4
2.4    Tanda Gejala.......................................................................   5
2.5    Gejala klinik.........................................................................   6
2.6    Diagnosis.............................................................................   7
2.7    Penyulit................................................................................   8
2.8    Penatalaksanaan..................................................................   8
              SOAP.................................................................................   10
BAB III      PENUTUP
       A.     Kesimpulan...........................................................................   15
       B.     Saran....................................................................................   15
          Daftar Pustaka...............................................................................................   16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa. Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita Amerika telah menjalani perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasus baru terjadi setiap tahun, demikian menurut (Gay Benrubi, M.D., profesor pada Division of Gynegology Oncology, University of Florida di Jacksonville).

Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan untuk memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula kekhawatiran lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan resiko seorang wanita untuk menjadi mandul. Ketika bakteri-bakteri yang menyerang menembus tuba falopi, mereka dapat menimbulkan luka di sepanjang lapisan dalam yang lunak, menyebabkan sukarnya (atau tidak memungkinkannya) sebuah telur masuk ke dalam rahim, demikian Dr. Benrubi menerangkan. Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang sedang bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya adalah perkiraan yang mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk menjadi mandul adalah 10%.

Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu 20%. Jika wanita ini mendapatkan infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung menjadi 55%. Secara keseluruhan, demikian Dr. Benrubi memperkirakan, penyakit radang pelvis menyebabkan kurang lebih antara 125.000 hingga 500.000 kasus baru setiap tahun.

Kekhawatiran besar lainnya mengenai infeksi ini adalah bahwa gangguan medis ini dapat meningkatkan resiko seorang wanita mengalami kehamilan di luar kandungan sebesar enam kali lipat. Alasannya: karena tuba falopi sering mendapatkan parut (bekas luka) yang timbul karena infeksi ini, telur yang turun mungkin akan macet dan hanya tertanam di dinding tuba. Kurang lebih 30.000 kehamilan di luar kandung per tahun dapat dipastikan disebabkan oleh infeksi seperti ini, demikian kata Dr. Benrubi. Itu masalah yang serius: Kehamilan di luar kandungan, demikian katanya, "dewasa ini menjadi penyebab kematian ibu dengan prosentase sebesar 15% dan dengan segera akan menjadi penyebab kematian ibu yang paling sering terjadi.

1.2    Rumusan Masalah

  •       Apakah definisi abses pelvis?
  •       Bagaimana etiologi abses pelvis?
  •       Bagaimana patofisiologi abses pelvis?
  •       Apa saja tanda dan gejala abses pelvis?
  •       Bagaimana gejala klinik abses pelvis?
  •       Apa diagnosis dari abses pelvis?
  •       Apa saja penyulit abses pelvis?
  •       Bagaimana penatalaksanaan abses pelvis?

1.3     Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas maternitas yang telah diberikan.
2. Untuk mengetahui definisi dari penyakit infeksi pelvis.
3. Untuk mengetahui proses perjalanan penyakit infeksi pelvis.
4. Untuk mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi pelvis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita -- seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa.

2.2 Etiologi
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).


Faktor RisikoØ
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor risiko lainnya adalah:

1.Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari
3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan
5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul. Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran reproduksi sebelumnya.

2.3 Patofisiologi
Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran genital atas endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina (salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina (parametritis) dan peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat menyebar ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara.
1. Interlumen
Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira 99%) terjadi akibat masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina, akhirnya pus dari ostium masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang diketahui menyebar dengan mekanisme ini adalah N. gonorrhoeae, C. Tracomatis, Streptococcus agalatiae, sitomegalovirus dan virus herpes simpleks.
2. Limfatik
Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang berhubungan denngan IUD menyebar melalui sistem limfatik seperti infeksi Myoplasma non purpuralis.
3. Hematogen
Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit tertentu (misalnya tuberkulosis) dan jarang terjadi di Amerika Serikat.
4. Intraperitoneum
Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis) dan kecelakaan intra abdomen (misalnya virkus atau ulkus denganperforasi) dapat menyebabkan infeksi yang mengenai sistem genetalia interna.
5. Kontak langsung
Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat penyebaran infeksi setempat dari daerah infeksi dan nekrosis jaringan.
Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa faktor yang memegang peranan, yaitu:
1. Terganggunya barier fisiologik
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia eksterna, akan mengalami hambatan.

a. Diostium uteri internum
b. Di kornu tuba
c. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman – kuman pada endometrium turut terbuang.
Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman – kuman dihambat secara : mekanik, biokemik dan imunologik.
Pada keadaan tertentu, barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR): 
1. Adanya organisme yang berperang sebagai vector.
Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba fallopi. Beberapa kuman pathogen misalnya E coli dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba fallopi dan menimbulkan peradangan di tempat tersebut. Spermatozoa juga terbukti berperan sebagai vektor untuk kuman – kuman N gonerea, ureaplasma ureolitik, C trakomatis dan banyak kuman – kuman aerobik dan anaerobik lainnya.
2. Aktivitas seksual
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi utrerus yang dapat menarik spermatozoa dan kuman – kuman memasuki kanalis servikalis.
3. Peristiwa Haid
Radang panggul akibat N gonorea mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa haid yang siklik, berperan pentig dalam terjadinya radang panggul gonore.

Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhnya kuman – kuman N gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala – gejala salpingitis akut disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai ”Febril Menses”.

2.4 Tanda dan gejala
Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama. Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7 hari. Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali. Keluhan lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam, nyeri saat sanggama, menggigil, demam tinggi, sakit kepala, malaise, nafsu makan berkurang, nyeri perut bagian bawah dan daerah panggul, dan sekret vagina yang purulen.
Biasanya infeksi akan menyambut tuba fallopi. Tuba yang tersumbat biasa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi bisa menyebar ke strukstur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan

perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.
Di dalam tuba, ovarium – ovarium panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai :
      Tegang di bagian bawah.
      Nyeri dan nyeri gerak pada serviks.
      Dapat teraba tumor karena pembentukan abses.
      Di bagian belakang rahim terjadi timbunan nanah.
      Dalam bentuk menahun mungkin teraba tumor, perasaan tidak enak (discomfort) di bagian bawah abdomen.

2.5        GEJALA KLINIK
A.    Pemeriksaan fisik
1.  Suhu tinggi disertai takikardi.
2.  Nyeri suprasimfisis terasa lebih menonjol dari pada nyeri dikuadran atas abdomen.
3.  Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi “rebound tenderness”, nyeri tekan, dan kekakuan otot perut sebelah bawah.
4. Tergantung dari berat dan lamanya keradangan, radang panggul dapat pula disertai gejala ileus paralitik.
5.  Dapat disertai metroragi, menoragi.

B.     Pemeriksaan ginekologik
Pada pemeriksaan ginekologik didapatkan :
  1. Pembengkakan dan nyeri pada labia didaerah kelenjar Bartholini.
  2. Bila ditemukan flour albus purulen, umumnya akibat kuman N. gonore. Sering kali juga disertai perdarahan-perdarahan ringan diluar haid, akibat endometritis akuta.
  3. Nyeri daerah parametrium, dan diperberat bila dilakukan gerakan-gerakan pada servik.
  4. Bila sudah terbentuk abses, maka akan teraba masa pada adneksa disertai dengan suhu meningkat. Bila abses pecah, akan terjadi gejala-gejala pelvioperitonitis atau peritonitis generalisata, tenesmus pada rectum disertai diare.
  5. Pus ini akan teraba sebagai suatu massa dengan bentuk tidak jelas, terasa tebal dan sering disangka suatu subserous mioma.

6.  Pemeriksaan inspekulo memberikan gambaran : keradangan akut serviks, bersama dengan keluarnya cairan purulen.
7.  Pecahnya abses tubo ovarial secara massif, memberikan gambaran yang khas. Rasa nyeri mendadak pada perut bawah, terutama terasa pada tempat rupture. Dalam waktu singkat seluruh abdomen akan terasa nyeri karena timbulnya gejala perioritas generalisata. Bila jumlah cairan purulen yang mengalir keluar banyak akan terjadi syok. Gejala pertama timbulnya syok ialah mual dan muntah-muntah, distensi abdomen disertai tanda-tanda ileus paralitik. Segera setelah pecahanya abses, suhu akan menuru atau subnormal, dan beberapa waktu kemudian suhu meningkat tinggi lagi. Syok terjadi akibat rangsangan peritoneum dan penyebaran endotoksin.
8.  Anemi sering dijumpai pada abses pelvic yang sudah berlangsung beberapa minggu.


2.6        DIAGNOSIS
Diagnosis radang panggul berdasarkan kriteria dari “Infectious Disease Society for Obstetrics & Gynecology”, USA. 1983, ialah :
A.    Ketiga gejala klinik dibawah ini harus ada :
1.      Nyeri tekan pada abdomen, dengan atau tanpa rebound.
2.      Nyeri bila servik uteri digerakkan.
3.      Nyeri pada adneksa.
B.     Bersamaan dengan satu atau lebih tanda-tanda dibawah ini :
1.      Negatif gram diplokok pada secret endoserviks.
2.      Suhu diatas 38º C.
3.      Lekositosis lebih dari 10.000 per mm³.
4.      Adanya pus dalam kavum peritonei yang didapat dengan kuldosentesis maupun laparaskopi.
5.      Adanya abses pelvic dengan pemeriksaan bimanual maupun USG.


Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society for Obstetrics & Gynecology”, USA, Hager membagi derajat radang panggul menjadi :
 Derajat I          :  Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan ovarium ), dengan atau tanpa pelvio peritonitis.
Derajat II           :  Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang, atau abses pada kedua tuba ovarium) dengan atau tanpa          pelvio – peritonitis.
Derajat III          :  Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal adanya abses tubo ovarial.

2.7        PENYULIT
Penyulit radang panggul dapat dibagi :
1.      Penyulit segera.
Penyulit segera pada radang panggul ialah : pembentukan abses dan peritonitis, perhepatitis (“Fitz-hugh Curth Syndrome”) dan sakrolitis.
2.      Penyulit jangka panjang.
Penyulit jangka panjang adalah akibat kerusakan morfologik genitalia interna bagian atas yaitu berupa :
a.       Infeksi berulang.
Radang panggul yang timbul kembali setelah 6 minggu pengobatan terakhir. Wanita yang pernah mengalami radang panggul mempunyai resiko 6-10 kali timbulnya episode radang panggul.
b.      Infertilitas.
c.       Kehamilan ektopik.
d.      Nyeri pelvic kronik.

2.8       PENATALAKSANAAN
Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi :
1.      Pengobatan rawat jalan.
Pengobatan rawat jalan dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I.
Obat yang diberikan ialah :
  Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.Ø
-          Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid 1 g sekali p.o/sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau
-          Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g p.o sekali sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Amoxilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau
-          Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
-          Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau
-          Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
-          Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.
  Analgesik dan antipiretik.Ø
-          Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau
-          Metampiron 3 x 500 mg/hari.

2.      Pengobatan rawat inap.
Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III.
Obat yang diberikan ialah :
   Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
-          Ampisilin 1g im/iv 4 x sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB im/iv, 2 x sehari slama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup, 2 x sehari selama 5-7 hari atau,
-          Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 x sehari selama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup 2 x sehari selama 5-7 hari.
  Analgesik dan antipiretik.
  
ASUHAN KEBIDANAN (SOAP) PADA IBU NIFAS

Kasus   :
Seorang ibu nifas hari ke 3 datang ke RSIA Trisna Medika dengan keluhan nyeri dibagian bawah perut dan bagian panggul, disertai demam, mual, dan nyeri saat berkemih. Ibu telah melahirkan anak pertama.

ASUHAN KEBIDANAN (SOAP) PADA IBU NIFAS
HARI KE 3 DENGAN ABSEB PELVIS
DI RSIA TRISNA MEDIKA TULUNGAGUNG

Tanggal Pengkajian 18 Oktober 2012
I.       DATA SUBYEKTIF
A.       Biodata
Nama Ibu              : Ny.“X”                                  
Umur                     : 25 Tahun                               
Agama                  : Islam                                     
Suku/Bangsa         : Jawa                          
Pendidikan            : SMP                         
Pekerjaan              : Ibu rumah tangga                   
Alamat                  : Sumbergempol, Tulungagung                                       
                              

Nama Suami           : Tn. “Z”
Umur                      : 29 Tahun
Agama                    : Islam
Suku/Bangsa           : Jawa
Pendidikan              : SMA
Pekerjaan                : Wiraswasta
Alamat                    : Sumbergempol, Tulungagung

B.     Riwayat Persalinan
a.     Jenis Persalinan : Spontan
b.    Penolong                      : Bidan
c.     Tanggal Lahir                : 16 Oktober 2012       Jam Lahir         : 04.00
d.    Jenis Kelamin               : Laki - laki
e.     BBL                             : 3000 gram
f.      PBL                             : 50 cm
g.     Keadaan Anak             : Hidup
h.     Ketuban Pecah : Spontan
i.     Kala I: Dimulai dari pembukaan 1cm – 10 cm lengkap  Lamanya : ± 11 jam
j.   Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap –  bayi lahir Lamanya : ± 1½ jam
k.    Kala III  : Dimulai bayi lahir sampai plasenta keluar Lamanya  : ± 15 menit
Plasenta                      : Lahir lengkap maternal
Berat Plasenta            : 500 gram
Panjang Tali Pusat      : 50 cm
l.       Kala IV                        : Dimulai dari plasenta lahir sampai  2 jam PP
1.    Jumlah Perdarahan               :
Kala I                                  : 50 cc
Kala II                                 : 100 cc
Kala III                                : 150 cc
Kala IV                                : 50 cc
Total                                    : 350 cc
2.    Penyulit/Komplikasi  : Tidak ada
3.    Tindakan pada masa persalinan         : Tidak ada

II.  DATA OBYEKTIF
A.       Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum                : Lemah
Kesadaran                         : Composmentis
Tekanan Darah                  : 90/60 mmHg
RR                                    : 24 x/menit
Nadi                                  : 80 x/menit
Suhu                                  : 39 °C
BB                                    : 58 Kg
Tinggi badan                      : 158 cm

B.        Pemeriksaan Kebidanan
1.      Inspeksi
Kepala                  : Simetris
Rambut                 : Bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe
Mata                     : Sklera tidak ikterik
                               Konjungtiva merah muda
Hidung                  : Tidak ada polip dan secret
Mulut                    : Tidak caries
                               Tidak stomatitis

Muka                    : Tidak oedema
                               Tidak hyperpigmentasi
Leher                    : Tidak ada pembesara kelenjar tyroid
                               Tidak ada pembesara limfe, dan vena jugularis
Payudara               : Bentuk simetris
                               Aerola mamae normal
                               Putting susu normal
                               Putting susu normal
Abdomen              : Kontraksi uterus baik, tidak ada luka bekas SC
Kandung kemih     : Nyeri
Genetalia eksterna : Perdarahan                 : 30 cc
                                Jenis Lochea              : Lochea Sanguilenta
                                Warna                       : Merah bercampur lender
Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema
                                Tidak varises
2.         Palpasi
TFU                      : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi              : Baik
Involusi uteri          : Sesuai dengan tinggi fundus uteri

3.      Perkusi                  :  Nyeri pada sisi bawah perut dan daerah panggul

III.             ANALISA DATA
    diagnosa  : P1A0 post partum hari ke 3 dengan Abses Pelvis derajat I
Kebutuhan :  -   KIE mengenai Abses Pelvis
-             Memberikan antibiotic
-             Memberikan analgesic dan antipiretik

IV.              PENATALAKSANAAN
1.    KIE mengenai abses pelvis
Merupakan infeksi saluran reproduksi bagian atas yang dapat mempengaruhi selaput dalam rahim, saluran tuba, indung telur, otot rahim, parametrium dan rongga panggul. Merupakan komplikasi umum dari PMS. Ibu dan keluarga mengerti penjelasan bidan.
2.    Terapi antibiotic
-   Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid
    1 g   sekali p.o/sehari    selama 1 hari. Dilanjutkan Ampisilin
    4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau
-   Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid
    1 g p.o sekali sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Amoxilin
    3 x 500    mg/hari p.o selama 7 hari, atau
-   Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan
     4 x 500 mg/harip.o  selama 7-10 hari, atau
-   Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau
-   Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
-   Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.
3.    Terapi analgesic dan antipiretik
-   Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau
-   Metampiron 3 x 500 mg/hari.
4.    KIE mengenai pemberian ASI pada bayi
-       Menyusui bayi sesering mungkin menurut kebutuhan bayi
-       Jika payudara terasa nyeri segera susukan pada bayi atau
     kompres  hangat
5.    KIE mengenai menyusui yang benar
-       Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui bayi
-       Perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar putting sebelum
     menyusui bayi
-       Duduk atau berbaring dengan santai
-       Seluruh tubuh bayi harus tersanggah dengan baik
-       Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi
-       Menyusui bayi jangan dengan posisi bayi tertidur
6.    KIE mengenai perawatan tali pusat
-       Bersihkan tali pusat dengan kasa streril tanpa menggunakan
      apa pun
7.         KIE mengenai nutrisi ibu nifas
-       Ibu harus makan lebih banyak dari biasanya untuk produksi
ASInya
-       Perbanyak makan sayur untuk memperlancar ASI ibu
-       Makan – makanan yang mengandung gizi seimbang, terutama makanan yang banyak mengandung serat seperti buah dan sayur
-       Makan – makanan yang mengandung sumber protein seperti telur, tahu, tempe, daging, dan ikan
-       Usahakan ibu minum susu untuk tambahan kalsium dan zat besi

BAB III
PENUTUP

.         KESIMPULAN
      Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
      Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.  
      Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.

        SARAN
      Untuk para petugas kesehatan terutama bidan hendaknya sebelum dan sesudah melakukan tindakan cuci tangan untuk menurunkan infeksi dan pastikan alat yang kita pakai steril dan sesuai prosedur.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
      Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono.2008.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
      Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba Gde Ida Bagus.1999.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: 
      Arcan
Cunningham,Donald Mac,Gant.1995.Obstetri Williams.Jakarta:EGC

ABSES PELVIC

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan
Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.

B.     Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas penulisan makalah askeb IV dengan pokok bahasan tentang “Abses pelvik”, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang Abses pelviks.

C.    Manfa­at Penulisan
1.      Bagi penulis
Sebagai media untuk memberikan informasi atau wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang “Abses pelviks”.
2.      Bagi Pembaca.
Diharapkan makalah ini bermanfaat untuk dijadikan sebagai  bahan bacaan dan untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang “Abses pelviks”.

BAB II
PEMBAHASAN

I.     ABSES PELVIC
A.  Definisi
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
Peradangan tuba falopii terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif. Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Bisasanya peradangan menyerang kedua tuba. Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan peritonitis.
B.  Etiologi / Penyebab
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah Neiserreia Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah: 
1.        Aktinomikosis (infeksi bakteri)
2.        Skistosomiasis (infeksi parasit)
3.        Tuberkulosis
4.        Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.  
C.  Faktor Resiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. 
Faktor resiko terjadinya PID:
1.    Aktivitas seksual pada masa remaja
2.    Berganti-ganti pasangan seksual
3.    Pernah menderita PID
4.    Pernah menderita penyakit menular seksual
5.    Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang.

D.  Tanda dan Gejala 
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.  
Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.  
Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID:
1.        Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
2.        Demam
3.        Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di celana dalam
4.        Kram karena menstruasi
5.        Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
6.        Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
7.        Nyeri punggung bagian bawah
8.        Kelelahan
9.        Nafsu makan berkurang
10.    Sering berkemih
11.    Nyeri ketika berkemih.
E.  Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
1.        Pemeriksaan darah lengkap
2.        Pemeriksan cairan dari serviks
3.        Kuldosentesis
4.        Laparoskopi
5.        Laparoskopi.
F.   Terapi   
Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi kronik 
Pengobatan dengan antibiotik, baik disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab adalah pilihan utama. Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan untuk melihat hasil dan perkembangan dari pengobatan.Pasangan seksual juga harus diobati. Wanita dengan penyakit radang panggul mungkin memilikipasangan yang menderita gonorea atau infeksi chlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini. 
Seseorang dapat menderita penyakit menular seksual meskipun tidak memiliki gejala. Untukmengurangi risiko terkena penyakit radang panggul kembali, maka pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan diobati apabila memiliki PMS.
Meskipun segera dilakukan pengobatan antimikroba yang tepat untuk mengatasi metritis, kadang-kadang suatu flegmoon parametrium akan mengalami supurasi sehingga terbentuk massa benjolan pada ligamentum latum yang berfluktuasi dan bias menonjol diatas ligamentum inguinale pouparti. Dalam keadaan ini, wanita tersebut mungkin tidak menunjukkan gejala yang semakin memburuk tetapi panas tetap memburuk tetapi panas tetap bertahan. Begitu terdapat rupture abses kedalam kavum peritoni, peritonitis yang bias membawa kematian dapat terjadi. Kemungkinan lebih besar lagi, terjadi robekan kearah anterior sehingga tidak terjangkaub dengan tindakan drainase lewat jarum yang diarahkan oleh komograi computer. Kadang-kadang robekan terjadi kearah posterior lewat ruang retroperitonium kedalam septum rekto vaginalisn dimana drainase operatif mudah digunakan.
Bila pelvic abses ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul-de-sac, lakukan kolpotomi atau dengan laparotomi. Ibu posisi fowler. Berikan anti biotika broad spektrum dalam dosis yang tinggi ampisilin 2g/IV kemudian 1g setiap 6jam ditambah gentamisin 5g/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500mg/IV setiap 8jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
Pada keadaan yang sangat jarang sellulitis parametrium yang terjadi akan meluas dan menjadi abses pelvis. Bila ini terjadi, maka harus dilakukan drainase puss yang terbentuk, baik ke anterior dengan melakukan pemasangan jarum berukuran besar maupu ke posterior dengan melakukan kolpotomi selain itu, perlu juga diberikan antibiotika yang adekuat.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
      Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
      Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.  
      Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.

B.     SARAN
      Untuk para petugas kesehatan terutama bidan hendaknya sebelum dan sesudah melakukan tindakan cuci tangan untuk menurunkan infeksi dan pastikan alat yang kita pakai steril dan sesuai prosedur.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
      Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono.2008.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
      Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba Gde Ida Bagus.1999.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: 
      Arcan
Cunningham,Donald Mac,Gant.1995.Obstetri Williams.Jakarta:EGC

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI PENYAKIT RADANG PANGGUL (PELVIC INFLAMMATORY DISEASE)

MAKALAH
KESEHATAN REPRODUKSI
PENYAKIT RADANG PANGGUL (PELVIC INFLAMMATORY DISEASE)
Di susun
O
L
E
H
CHAESAR DWI ANISA
KORIYAH
SISKA DAMAYANTI
SUSTINALITI
WINDI ANISA NURFATWA

PRODI DIV KEBIDANAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDARLAMPUNG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kesehatan Reproduksi yang berjudul “Penyakit Radang Panggul” (Pelvic Inflammatory Disease) dengan baik tanpa hambatan.
Dengan selesainya makalah ini disusun, kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang Terhormat Dosen Pembimbing kami serta kepada seemua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.walaupun makalah ini telah selesai,namun karena keterbatasan kemampuan dan literatur yang kami miliki,sehingga makalah ini jauh dari sempurna,sehingga besar harapan kami untuk menerima saran dan kritik yang bersifat konstruktif.
Kami mengucapkan selamat membaca semoga makalah ini ada manfaatnya bagi pembaca pada umumnya dan ilmu pengetahuan khususnya.
Terimakasih

Bandarlampung,29 Februari 2012

penulis

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………...... i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………. iii
BAB I
1.      Pendahuluan………………………………………………………………………… 1
2.      Tujuan………………………………………………………………………………. 1

BAB II
        Definisi Penyakit Radang Panggul…………………………………………………..2
        Penyebab PID……………………………………………………………………….. 3
        Faktor Resiko………………………………………………………………………... 4
        Gejala Klinis………………………………………………………………………… 4
        Diagnosa…………………………………………………………………………….. 5
        Cara Pengobatan…………………………………………………………………….. 5
        Cara Pencegahan…………………………………………………………………….6
        Terapi……………………………………………………………………………….. 7
KESIMPULAN                                                                                                                      iv
SARAN DAN KRITIK                                                                                                         iv
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                

iii
BAB 1
1.       PENDAHULUAN

Seorang wanita kerap mengalami keluhan nyeri berkepanjangan pada daerah perut dan panggulnya.Nyeri tersebut merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan pada wanita yang bagian atas wanita yang sebagian besar akibat hubungan seksual. Biasanya disebabkan oleh Neisseria gonore dan Klamidia trakomatis dapat pual oleh organisme lain yang menyebabkan vaginosis bacteriaPenyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.
2. TUJUAN
1.       Untuk memperdalam pengetahuan tentang Penyakit Radang Panggul (PID)
2.       Serta untuk mengkaji,mendiagnosa,mengevaluasi,serta mengimplementasi penyakit radang panggul.

1

BAB II

DEFINISI
PENYAKIT RADANG PANGGUL (PELVIC INFLAMMATORY DISEASE)
Penyakit Radang Panggul atau Pelvic Inflammatory Disesase (selanjutnya dalam tulisan ini akan disingkat menjadi PID) merupakan istilah yang merujuk pada suatu infeksi pada uterus (rahim), tuba fallopii (suatu saluran yang membawa sel telur dari ovarium ke uterus), dan organ reproduksi lainnya. Penyakit ini merupakan komplikasi yang umum terjadi pada penyakit-penyakit menular seksual (Sexually Transmitted Disease/STDs), utamanya yang disebabkan oleh chlamydia dan gonorrhea.PID dapat merusak tuba fallopii dan jaringan yang dekat dengan uterus dan ovarium.
Berdasarkan data epidemiologis yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat (tahun 2008) disebutkan bahwa lebih dari 1 juta wanita pernah mengalami episode PID akut dalam kehidupannya. Dan lebih dari 100.000 wanita menjadi infertil setiap tahunnya karena PID dan proporsi yang semakin besar dari kejadian kehamilan ektopik setiap tahunnya terkait dengan dampak lanjutan dari PID yang tidak tertangani dengan baik.
Setiap wanita sesungguhnya memiliki barrier fisiologis yang menyebabkan kuman-kuman mengalami hambatan mekanik, biokemik, dan imunologis, baik itu pada vagina, ostium uteri eksternum, kavum uterus, maupun pada lumen tuba uterina fallopii. Bentuk-bentuk hambatan itu diantaranya adalah: epitel vagina wanita dewasa yang cukup tebal dan terdiri atas glikogen, serta basil Doderlein yang memungkinkan pembuatan asidum laktikum sehingga terdapat reaksi asam dalam vagina, yang selanjutnya memperkuat daya tahan vagina. Walaupun dalam vagina terdapat banyak kuman lain, akan tetapi dalam keadaan normal basil Doderlein lebih dominan. Pada serviks uteri terdapat kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan lendir yang alkalis serta mengental di bawah kanalis servikalis dan ini menyulitkan masuknya kuman ke atas.Getaran rambut getar pada mukosa tuba fallopii menyebabkan arah pergerakannya menuju uterus dan hal ini disokong oleh gerakan peristaltik tuba yang merupakan halangan pada infeksi untuk terus meluas ke rongga peritonium. Barrier fisiologis ini akan terganggu pada keadaan-keadaan perdarahan, abortus, dan instrumentasi kanalis servikalis.

2
PENYEBAB PID
Pelvic Inflammatory Disesase ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang juga menyebabkan penyakit menular seksual lainnya. Diantaranya adalah: C.trachomatis, N gonorrhoeae, Gardnerella vaginalis, Haemophilus influenzae, Escherichia coli (organisme gram negatif yang enterik), Bacteroides fragilis, dan Mycoplasma genitalium. Sedangkan penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah: aktinomikosis (infeksi jamur), skistosomiasis (infeksi parasit), tuberkulosis, dan penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.
Pelvic Inflammatory Disesase terjadi jika mikroorganisme penyebab tersebut bergerak naik dari vagina atau servik menuju organ reproduksi di atasnya.Dan kuman terbanyak penyebab PID ini adalah gonorrhea dan chlamydia, yang juga penyebab penyakit menular seksual terbanyak. Wanita yang telah memulai aktivitas seksualnya pada usia remaja dan juga berganti-ganti pasangan (di bawah usia 25 tahun) memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan wanita berusia di atas 25 tahun untuk menderita PID. Hal ini dikarenakan serviks pada remaja perempuan dan wanita muda belum sepenuhnya matur, sehingga meningkatkan suseptibilitas terkena penyakit menular seksual yang berkaitan pula dengan PID tersebut.Faktor resiko lainnya adalah berganti-ganti pasangan seksual, sering mencuci vagina dengan produk pembersih padahal dapat merubah suasana vagina sehingga dapat memudahkan kuman untuk menembus barier alamiah tersebut.Wanita yang menggunakan IUD (intrauterine device) juga memiliki resiko untuk menderita PID dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan, terutama dalam 4 bulan setelah pemasangan IUD.Hal ini disebabkan adanya penghubung yang memudahkan kuman untuk masuk ke dalam uterus.
Namun resiko ini dapat ditekan, jika sebelum pemasangan telah dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan menderita penyakit menular seksual sebelumnya.Di samping itu faktor resiko lainnya adalah pada saat menstruasi.Di mana minggu pertama haid merupakan periode rawan untuk PID, karena jaringan nekrotik merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan N. gonorrhoeae.Oleh karenanya, penting diperhatikan oleh wanita yang sedang menstruasi untuk meningkatkan kebersihan daerah sekitar kemaluannya.

3
FAKTOR RESIKO

Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur.Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri.

GEJALA KLINIS
Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita PID biasanya beragam.Mulai dari tidak ada keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan-keluhan tersebut dapat berupa demam,keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi,dan bau yang abnormal,timbul bercak-bercak kemerahan di celana dalam,nyeri senggama,nyeri saat buang air kecil,menstruasi yang tidak teratur,kram perut saat menstruasi, terjadi perdarahan hebat saat menstruasi,nyeri pada daerah perut bawah dan dapat memburuk jika disertai mual muntah,serta kelelahan yang disertai dengan nafsu makan yang berkurang. Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah dapat terjadi jika abses pecah, di mana daerah nyeri tersebut mulai dari daerah sekitar abses yang pecah menjalar ke seluruh dinding perut yang mengakibatkan peritonitis generalisata.Juga dapat ditemukan anemia pada abses pelvik yang telah berlangsung beberapa minggu.
Pelvic Inflammatory Disesase sulit didiagnosis karena seringkali gejala yang ditunjukkan tidak begitu kelihatan dan biasanya ringan.Banyak episode PID tidak terdeteksi dengan baik karena seringkali wanita yang menderita ataupun dokter yang dikunjunginya tidak begitu memikirkan PID oleh karena keluhan dan gejala yang tidak spesifik.Dalam membantu diagnosis PID, dapat dikerjakan pemeriksaan darah untuk melihat kenaikan dari sel darah putih (leukosit) yang menandakan terjadinya infeksi, serta peningkatan C-reactive protein (CRP) dan laju endap darah (namun tidak spesifik). Kemudian kultur untuk GO dan chlamydia digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG abdomen (perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat reproduksi lainnya. Biopsi endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya infeksi

4

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
         Pemeriksaan darah lengkap
         Pemeriksaan cairan dari serviks
         Kuldosintesis
         Laparoskopi
         USG panggul

PENGOBATAN
Pelvic Inflammatory Disesase dapat diobati dengan beberapa macam antibiotika.Namun pemberian antibiotika ini tidak sepenuhnya mengembalikan kondisi pasien apabila telah terjadi kerusakan pada organ reproduksi wanita ini. Jika seorang wanita memiliki nyeri pelvis dan keluhan PID yang lain, sebaiknya segera berobat ke dokter. Pemberian antibiotika yang tepat akan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut pada saluran reproduksi wanita. Seorang wanita yang menunda pengobatan PID, akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita infertilitas atau dapat terjadi kehamilan ektopik oleh karena kerusakan tuba fallopii.
Karena sulitnya untuk mengidentifikasi organisme yang menyerang organ reproduksi internal dan juga kemungkinan lebih dari satu organisme sebagai penyebab PID, maka PID biasanya diobati dengan sedikitnya dua macam antibiotika yang memiliki efektivitas yang baik di dalam mematikan organisme penyebab tersebut.Antibiotika ini dapat diberikan secara oral maupun secara injeksi. Antibiotika yang dapat digunakan antara lain: ofloxacin, metronidazole, dan doxycycline. Di mana lamanya pengobatan biasanya ± 14 hari.
Pengobatan yang tepat dan sesuai dapat mencegah komplikasi PID.Tanpa pengobatan yang tepat PID dapat menyebabkan kerusakan permanen dari organ reproduksi wanita.Organisme penyebab PID dapat menginvasi tuba fallopii dan menyebabkan terbentuknya jaringan parut (scar tissue).

5
PENCEGAHAN
Wanita dapat melindungi diri mereka dari PID dengan mencegah terkena STDs atau segera berobat ke dokter jika mereka menderita STDs. Cara terbaik untuk mencegah STDs adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual berganti pasangan atau setia pada pasangannya yang telah dikenalnya betul serta pernah menjalani skrining test STDs. Kondom pria yang mengandung latex, yang digunakan dengan benar dan berkelanjutan, dapat menurunkan resiko terinfeksi chlamydia dan gonorrhea. CDC merekomendasikan pemeriksaan chlamydia kepada seluruh wanita berusia 25 tahun atau kurang yang telah aktif secara seksual ataupun kepada wanita yang lebih tua dengan resiko menderita infeksi chlamydia (mereka yang memiliki pasangan baru atau melakukan hubungan multipartner), serta kepada seluruh wanita hamil.
Keluhan pada alat genital wanita, seperti adanya luka, keluar cairan dengan bau yang abnormal, rasa nyeri ketika buang air kecil, ataupun perdarahan di luar siklus menstruasi bisa jadi merupakan pertanda infeksi STDs. Jika wanita tersebut mengalami keluhan tersebut, sebaiknya menghentikan hubungan seksualnya untuk sementara waktu dan segera berkonsultasi dengan dokter. Mengobati STDs secara lebih dini dapat membantu mencegah PID. Setiap wanita yang menderita STDs dan sedang menjalani pengobatan, sebaiknya mengajak pasangannya ke dokter dan diperiksa terhadap kemungkinan untuk menderita STDs. Hubungan seksual sebaiknya jangan dimulai hingga pasangannya telah diperiksa dan telah menjalani pengobatan dengan tuntas apabila mereka memang menderita STDs.

6
TERAPI

Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi kronik
Pengobatan dengan antibiotik, baik disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab adalah pilihan utama.Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan untuk melihat hasil dan perkembangan dari pengobatan.Pasangan seksual juga harus diobati.Wanita dengan penyakit radang panggul mungkin memilikipasangan yang menderita gonorea atau infeksi chlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini.
Seseorang dapat menderita penyakit menular seksual meskipun tidak memiliki gejala.Untukmengurangi risiko terkena penyakit radang panggul kembali, maka pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan diobati apabila memiliki PMS.

KESIMPULAN
Penyakit Radang Panggul  (Salpingitis,PID,Pelvic Inflammatory Disease) adalah suatu peradangan pada tuba fallopi (saluran yang menghubungkan indung telur dengan Rahim).Peradangan tuba fallopi terutama terjadipada wanita yang secar seksual aktif.Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD.
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah,yang menyebar keatas melalui leher Rahim.buth waktu dalam hitunganhari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul.Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonnorhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jarigan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher Rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS.Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometriumyang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari Rahim,serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah :
-          Aktinomikosis (infeksi bakteri)
-          Skistosomiasis (infeksi parasite)
-          Tuberkulosis
-          Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.

SARAN
Untuk menghindari Penyakit Radng Panggul yang sering dialami oleh kebanyakan wanita sebaiknya dimulai terlebih dahulu dari hal yang paling mudah yaitu menjaga diri termasuk merawat pada daerah yang rawan mikroba termasuk di daerah genetalia bagian dalam vagina,agar terhindar dari bakteri yang dapat menyebabkan rasa nyeri,serta harus setia pada satu pasangan saja.Dan mulailah menjaga anggota tubuh kita agar terhindar dari penyakit.

DAFTAR PUSTAKA