MAKALAH WACANA (SASTRA BAHASA INDONESIA)

 
PENDAHULUAN

Sebelum menulis wacana, seseorang harus menentukan tema, tujuan yang sesuai dengan bentuk wacana, dan menyusun kerangka karangan. Membuat kerangka karangan sangat dianjurkan sebelum penulisan, terutama bagi pengarang pemula. Agar penyusunan kerangka karangan menjadi acuan pembuatan karangan, calon penulis sebaiknya mengetahui langkah-langkah menyusun kerangka karangan. Kerangka karangan dapat di tulis dalam dua bentuk, yaitu kerangka kalimat dan kerangka topik.
Dalam wacana setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan. Setiap wacana memiliki tema sebab tema merupakan hal yang diceritakan atau diuraikan sepanjang isi wacana. Tema menjadi acuan atau ruang lingkup agar isi wacana teratur, terarah dan tidak menyimpang kemana-mana. Sebelum menulis wacana, seseorang harus terlebih dahulu menentukan tema, setelah itu baru tujuan. Tujuan ini berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana.
Tema wacana akan diungkapkan dalam corak atau jenis tulisan seperti apa itu bergantung pada tujuan dan keinginan si penulis. Setelah menetapkan tujuan, penulis akan membuat kerangka karangan yang terdiri atas topik-topik yang merupakan penjabaran daritema. Topik-topik itu disusun secara sistematis. Hal itu dibuat sebagai pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian unsur-unsur karangan yang berkaitan dengan tema.



PEMBAHASAN

A.     Pengertian Wacana
Wacana berasal dari bahasa Inggris “discourse” , yang artinya antara lain ”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dansemestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis. Dalam wacana setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan.
Setiap wacana memiliki tema sebab tema merupakan hal yang diceritakan atau diuraikan sepanjang isi wacana. Tema menjadi acuan atau ruang lingkup agar isi wacana teratur, terarah dan tidak menyimpang kemana-mana. Sebelum menulis wacana, seseorang harus terlebih dahulu menentukan tema, setelah itu baru tujuan. Tujuan ini berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana. Tema wacana akan diungkapkan dalam corak atau jenis tulisan seperti apa itu bergantung pada tujuan dan keinginan si penulis. Setelah menetapkan tujuan, penulis akan membuat kerangka karangan yang terdiri atas topik-topik yang merupakan penjabaran daritema. Topik-topik itu disusun secara sistematis. Hal itu dibuat sebagai pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian unsur-unsur karangan yang berkaitan dengan tema.
Agar penyusunan kerangka karangan dapat efektif menjadi acuanpembuatan karangan, langkah yang mesti ditempuh oleh pengarang untuk menyusun kerangka karangan adalah seperti berikut.
(1)    Menentukan tema/topik karangan
(2)   Menjabarkan tema ke dalam topik-topik/subtema
(3)   Mengembangkan topik-topik menjadi subtopic
(4)   Menginvestaris sub-sub topic
(5)   Menyeleksi topik dan sub-sub topik yang cocok
(6)   Menentukan pola pengembangan karangan

Kerangka karangan dapat ditulis dalam dua bentuk, berikut.
1.      Kerangka kalimat, ialah kerangka karangan yang disusun dalam bentuk kalimat-kalimat lengkap yang menjabarkan ide-ide pokok karangan.
2.      Kerangka topik, ialah kerangka karangan yang dituangkan dalam bentuk frasa dan klausa sehingga tampak lebih praktis.

Penyusunan kerangka karangan dapat berbentuk kalimat dan frasaatau klausa sekaligus, meskipun yang lebih banyak digunakan adalah kerangka topik. Berikut contoh kedua bentuk penyusunan kerangkakarangan tersebut.

Contoh kerangka kalimat:
Membuka usaha warnet di tengah perkembangan teknologi informasi.
1.      Masuknya ajaran komputer di sekolah-sekolah menambah pengetahuan tentang teknologi informasi.
2.      Perkembangan sarana komputer menjadi sarana jaringan informasi melalui internet.
3.      Penggunaan internet menjadi kebutuhan remaja dan anak  sekolah.
4.      Memanfaatkan minat remaja dan anak sekolah dengan membuka warnet

Contoh kerangka topik
Antisipasi lonjakan arus mudik lebaran :
1.      Jumlah Pemudik Lebaran
  1. Perkiraan lonjakan jumlah pemudik 
  2. Sarana angkutan yang dipersiapkan
  3. Sarana angkutan yang diandalkan
2.      Pengaturan jalur Jakarta-Surabaya.
  1. Jalur utara 
  2. Jalur selatan
  3. Kemacetan lalu lintas dan usaha pencegahannya
3.      Petunjuk pemanfaatan jalur
  1. Dari DLLAJR
  2. Dari instansi terkait

B.     Jenis-Jenis Wacana
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.
1.      Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya (biogragrafi/riwayat) seseorang, otobiografi/riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi ekspositoris. Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang biasanya terdapat pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi imajinatif
Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:
1)      Kejadian
2)      Tokoh
3)      Konflik
4)      Alur/plot.
5)      latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.

Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya, atau
setahun kemudian kerap dipergunakan.

Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut.
a.       Menentukan tema cerita
b.      Menentukan tujuan
c.       Mendaftarkan topik atau gagasan pokok
d.      Menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau urutan waktu.
e.       Mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Kerangka karangan yang bersifat naratif dapat dikembangkan dengan pola urutan waktu. Penyajian berdasarkan urutan waktu adalah urutan yang didasarkan pada tahapan-tahapan peristiwa atau kejadian. Pola urutan waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, cerita sejarah, dan sebagainya.

Contoh:
Kunjungan ke Museum Fatahillah
  1. Persiapan keberangkatan2. 
  2. Perjalanan menuju stasiun Kota
  3. Tiba di tempat tujuan
  4. Mengamati peninggalan zaman penjajahan Belanda
  5. Berkumpul kembali di depan ”Meriam Jagur”
  6. Persiapan pulang

Contoh Narasi Ekpositoris

“Minta Tolong Malah Dikira Hantu Pocong”

Kejadian yang menggelikan sekaligus menegangkan ini terjadi pada pertengahan bulan Juli 1993, ketika saya baru masuk bekerja di sebuah klinik yang terletak di daerah Lemabang, dekat dengan PT Pupuk Sriwijaya (Pusri). Rumah saya berada di daerah Bukit Besar sehingga membutuhkan waktu lebih kurang 45 menit untuk pergi dari rumah ataupun pulang dari dinas.Saat itu, rumah saya belum dilewati oleh bus kota jurusan Bukit Besar, karena rute bus kota pada waktu itu hanya sampai di dekat wilayah Kembang Manis. Jadi, terpaksa saya turun di simpang empat lampu merah  Jl. Kapten Arivai, cukup jauh dari rumah untuk berjalan pulang.
Malam itu, jalanan sangat sepi dan gelap karena wilayah yang saya lewati adalah TPU (Tempat Pemakaman Umum) dan wilayahnya juga masih banyak hutan serta lampu jalan belum dipasang. Akibatnya, saya sangat takut berjalan pulang ke rumah sendirian. Apalagi kawasan yang saya lewati merupakan daerah rawan dan angker. Orang-orang yang lewat sering diganggu kuntilanak, pocong, serta suara wanita menangis.
Tetapi, kekhawatiran saya agaknya terobati karena dari kejauhan saya melihat tiga orang lelaki yang tampaknya juga baru pulang dari kerjadan jalannya searah denganku. Tanpa pikir panjang langsung saja saya berlari mendekati dan memanggil mereka, ”Mas ..., Mas ... tunggu, Mas!” Tapi bukannya mendekat, mereka malah berlari dan berteriak ketakutan, ”Tolooong ... ada pocong ..., ada pocong ...!” Karena saya orang yang agak telmi (telat mikir), setelah mendengar itu saya sendiri malah tambah ketakutan. Sebab, saya juga sangat takut dengan yang namanya setan atau semacamnya.Tetapi, makin saya mendekat, tiga lelaki itu tambah kencang sehingga tidak terkejar lagi oleh saya. Bahkan satu orang dari mereka nekat memanjat pagar rumah orang lain untuk menyelamatkan diri.Setelah melihat baju dinas berwarna putih yang saya kenakan, saya baru sadar ternyata yang mereka kira pocong adalah saya.
Dalam hatisaya berkata, ”Sialan, kirain ada pocong beneran. Ternyata yang disangka pocong itu aku. Jangankan mendapat kawan, mendekat saja orang takut kepada saya.” Setelah saya sampai di rumah dan menceritakan semuanya kepada anggota keluarga, spontan mereka tertawa terbahak-bahak. Bahkan seorang keponakan saya memanggil saya dengan sebutan ’Tante Pocong’. Sejak kejadian itu, tiap kebagian jadwal dinas siang lagi, saat pulang malam saya tidak pernah memakai baju putih lagi.

Contoh Narasi Imajinatif :

NAMAKU EDELWEISS

Namaku Edelwiss alias Anaphalis Javanica. Biasanya aku tumbuh di dataran tinggi atau puncak-puncak gunung. Oleh kalangan Botani, aku sering disebut tanaman sejenis perdu, dan termasuk anggota family Compositae atau disebut juga  Asteraceae (sambung-sambungan). Bungaku kecil sebesar bunga rumput. Orang lebih mengenalku dengan warna putih daripada warna lainnya. Hidupku bergerombolan di ujung dahan dengan harum yang khas.Tinggi batangku dapat mencapai lima meter dengan daun-daun runcing dan lurus. Bungaku istimewa, tak pernah layu, mekarku abadi sehingga dijuluki ”bunga abadi”. Sungguh julukan inilah yang menjadi ’beban’ bagiku karena banyak orang menyalahgunakan ’arti’ keabadianku selama ini! Keabadianku mereka samakan dengan ’cinta abadi’,  cinta sepasang manusia yang tidak memiliki ikatan resmi. Ah ... apalah arti protesku? Toh,siapa yang perduli dengan rintihanku.

2.      Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribere yang berarti  gambaran, Perincian atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.
Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu sebagai berikut:
a)      Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang  menggambarkan  objek  benda  sesuai  kesan/imajinasi si penulis.

Contoh deskripsi Impresionistis dalam sebuah cerita:
“Aku tidak lagi berada di kamarku, tetapi di suatu ruangan bersama-sama dengan sekelompok orang yang sama sekali belumpernah kulihat sebelumnya. Bau asap tembakau memenuhiruangan itu, tapi tak seorang pun yang kelihatan peduli.Kami semua duduk di kursi yang diatur membentuk sebuahlingkaran, mirip dengan ruangan diskusi. Semua tampak duduktenang, semua kelihatan sedang menulis, dan tidak seorang punyang kelihatan peduli pada orang lain di ruangan itu.”

b.      Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.

Contoh deskripsi faktual dalam sebuah cerita:
Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar yang kucari; tanda pengenalnya tertera di pintu, agak ke atas.Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah kotak kecil warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan pada kotak itu, dengan sebuah perintah dalam bahasa Inggris, Write Your Massage!  Pada note book itu kubaca pesan untukku, ”Masuk saja, Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!”

Kita dapat membuat karangan deskripsi secara tidak langsung, yaitu  dengan  mengamati informasi dalam bentuk nonverbal berupa gambar, grafik, diagram, dan lain-lain. Apa saja yang tergambarkan dalam bentuk visual tersebut dapat menjadi bahan atau fakta yang akurat untuk dipaparkan dalam karangan deskripsi karena unsur dasar karangan ini adalah pengamatan terhadap suatu objek yang dapat dilihat atau dirasakan. Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:
(1)     Menentukan objek pengamatan
(2)    Menentukan tujuan(3) 
(3)    Mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
(4)    Menyusun kerangka karangan
(5)    Mengembangkan kerangka menjadi karangan

Pengembangan kerangka karangan bercorak deskriptif dapat berupa penyajian parsial atau tempat. Penyajian urutan ini digunakan bagi karangan yang mempunyai pertalian sangat erat dengan ruang atau tempat. Biasanya bentuk karangannya deskriptif. Pola uraiannya berangkat dari satu titik lalu bergerak ke tempat lain, umpamanya dari kiri ke kanan, atas ke bawah,atau depan ke belakang.

3.      Eksposisi
Kita eksposisi  berasal dari bahasa Latin exponere yang berarti: memamerkan, menjelaskan atau menguraikan. Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.
Untuk mendukung akurasi pemaparannya, sering pengarang eksposisi menyertakan bentuk-bentuk nonverbal seperti grafik, diagram, tabel, atau bagan dalam karangannya. Pemaparan dalam eksposisi dapat berbentuk uraian proses, tahapan, cara kerja, dan sebagainya dengan pola pengembangan ilustrasi, definisi, dan klasifikasi.
Karangan eksposisi juga dapat ditulis berdasarkan fakta suatu peristiwa, misalnya, kejadian bencana alam, kecelakaan, atau sejenis liputan berita. Meskipun bentuk karangannya cenderung narasi, namun kita dapat membuatnya menjadi bentuk paparan dengan memusatkan uraian padatahapan, atau cara kerja, misalnya cara menanggulangi penyebaran virus flu furung, mengantisipasi wabah DBD dengan 3 M, atau evakuasi korban  banjir.

4.      Argumentasi
Karangan  argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Karangan argumentasi dapat juga berisi tanggapan atau sanggahan terhadap suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan yang rasional dan logis.
Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.
(1)   Menentukan tema atau topik permasalahan,
(2)   Merumuskan tujuan penulisan,
(3)   Mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung,
(4)   Menyusun kerangka karangan, 
(5)   Mengembangkan kerangka menjadi karangan

Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
1)      Sebab-akibat
Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat.
2)      Akibat-sebab
Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibatdan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
3)      Urutan Pemecahan Masalah
Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkanmasalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah.


PENUTUP
A.     Kesimpulan
Wacana adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis. Dalam wacana setiap unsur-unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan. Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.
1.      Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif.
2.      Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan/suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya.
3.      Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya.
4.      Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis.

B.     SARAN
Mahasiswa di tuntut untuk lebih dalam mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia. Karena dengan itu dapat menambah wawasan kita. Misalnya dalam pembuatan suatu wacana, kita tidak keliru lagi. Lebih memahami unsur-unsur yang menyangkut tentang wacana.

No comments:

Post a Comment