PENDAHULUAN
Teori-teori komunikasi berlangsung secara sinabung, dalam arti kata suatu teori yang digunakan sebagai landasan pemikiran dalam suatu penelitian atau dipakai sebagai pendekatan dalam menelaah suatu fenomena, bisa merupakan teori lama yang ditampilkan seorang cendekiawan satu decade atau atau dua decade sebelumnya bahkan lebih daripada itu.
Teori-teori komunikasi yang umumnya berkaitan dengan media massa yang ada sejak tahun 1990-an ini semakin kuat sehingga dampaknya pun semakin lama semakin kuat dan luas.
PEMBAHASAN
TEORI-TEORI KOMUNIKASI PADA TAHAP SELANJUTNYA
A. Teori Difusi Inovasi (Diffusion of Innovation Theory)
Model difusi inovasi akhir-akhir ini banyak digunakan sebagai pendekatan dalam komunikasi pembangunan. Terutama di Negara-negara berkembangan termasuk Indonesia.
Diantara pemikiran-pemikiran para pakar adalah yang dikemukakan oleh Everett M. Rogers yang menulis buku berjudul “Diffusion of Innovations” dan “Communication Technology, the New Media in Society” serta bersama F, Floyd Shoemaker menulis buku “Communication of Innovation”.
Rogers mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan malalui saluran tertentu dalam jangka waktu ditentukan di antara pada anggota suatu system sosial (the process by which an innovation is communicated through certain channels overtime among the members of a social system). Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling pertukaran informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama.
Unsur-unsur utama difusi ide adalah :
1) Inovasi
2) Yang dikomunikasi melalui saluran tertentu
3) Diantara para anggota suatu system sosial
Inovasi adalah suatu ide, karya atau subjek yang dianggap baru oleh seseorang, sedangkan cirri-ciri inovasi yang dirasakan oleh pra anggota suatu system sosial menentukan tingkatan adopsi. Lima ciri inovasi menurut Rogers adalah sebagai berikut (1983 : 35)
a) Relative advantage (keuntungan relatif)
b) Compatibility (kesesuaian)
c) Complexily (kerumitan)
d) Trialability (kemingkinan dicoba)
e) Observability (keumingkinan diamati)
Rogers menyatakan bahwa media massa lebih efektif untuk meciptakan pengetahuan tentang inovasi, sedangkan saluran antara pribadi lebih efektif dalam pembentukan dan percobaan sikap terhadap ide baru, jadi dalam upaya mempengaruhi keputusan untuk melakukan adopsi atau menolak ide baru.
B. Penataan Agenda (Agenda Setting Theory)
Agenda setting model untuk pertama kali ditampilkan oleh M.E. MC. Combs dan D.L. Shaw dalam “Public Opinion Quarterly” terbitan tahun 1972 berjudul “The Agenda Setting Function of Massa Media”. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa “jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting.[1]
Menurut David H. Heaver dalam karyanya yang berjudul “media” agenda setting atau media manipulation” pada tahun 1981 mengatakan bahwa pers sebagai media komunitas massa tidak merefleksikan kenyataan, melainkan menyaring dan membentuknya seperti sebutan kaleidoskop yang menyaring dan membentuk cahaya.
Mengenai agenda setting itu Alexis S. Tan selanjutnya menyimpulkan bahwa media massa mempengaruhi kognisi politik dalam dua cara :
a. Media secara efektif menginformasikan peristiwa politik kepada khalayak
b. Media mempengaruhi persepsi khalayak mengenai pentingnya masalah politik.
Sedangkan menurut Manhain dalam pemikirannya agenda setting meliputi 3 agenda, yaitu agenda media, agenda khalayak dan agenda kebijaksanaan. Masing-masing agenda tersebut mempunyai dimensi-dimensi sebagai beirkut :
1) Untukmedia, dimensi-dimensi :
- Visibilitas
- Audience sanence
- Valence (valensi) (cara pemberitahuan suatu peristiwa)
2) Untuk agenda khalayak demensi-dimensi :
- Familiarity (keakraban)
- Personal salience (penonjolan pribadi)
- Favorability (kesenangan)
3) Untuk agenda kebijaksanaan dimensi-dimensi
- Support (dukungan)
- Likelihood of action (kemungkinan kegiatan)
- Freedom of action (kebebasan bertindak).
C. Teori Kegunaan dan Kepuasan (Uses and Gratifications Theory)
Model ini merupakan pergeseran focus dari tujuan komunikator ke tujuan kemunikan, model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak.[2]
Herbert Blumer dan Elihu Kat adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini, teori Uses and Gratifications ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya the Uses aon Mass communications Current Persperctive on Gratification Research, teori ini milik Blumer dan katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut.
Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya artinya teori perspective on gratification research mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternative untuk memuaskan kebutuhannya.
Teori Uses and Gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa artinya manusia itu mempunyai otonomi wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media sebaliknya, mereka percaya bahwa ada banyak alas an khalayak untuk menggunakan media.
Menurut pendapat teori ini konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya.
Teori Uses and Gratifications beroperasi dalam cara seperti :
- Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan, informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan.
- Kebutuhan efektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estesis menyenangkan dan emosional.
- Kebutuhan pribadi dan kebutuhan sosial
D. Teori Sistem Tanda Semiotik
Semiotic (semiotic) adalah teori tentang pemberian “tanda. Secara garis besar semiotic digolongkan menjadi tiga konsep dasar, yaitu semiotic pragmatic (semiotic pracmatic), semiotic sintatik (semiotic Syntatic) dan semiotik semantik (semiotic semantic)
1. Semiotik Pragmatik (Semiotic Pragmatic)
Semiotic pragmatic menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterprestasikan, dalam batas perilaku subyek. Dalam arsitektur, semiotic prakmatik merupakan tinjauan tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda) terhadap manusia dalam menggunakan bangunan. Semiotic prakmatik arsitektur berpengaruh terhadap indera manusia dan perasaan pribadi (kesimnambungan, posisi tubuh, otot dan persendian). Hasil karya arsitektur akan dimaknai sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya, hasil persepsi tersebut kemudian dapat mempengaruhi pengamat sebagai pemakai dalam menggunakan hasil karya arsitektur. Dengan kata lain, hasil karya arsitektur merupakan wujud yang dapat mempengaruhi pemakainya.
2. Semiotik Sintatik (Semiotic Syntatic)
Semiotik sintatik menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan “makna” nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek. Semiotik sintatik ini megabaikan pengaruh akibat bagi subyek yang menginterprestasikan. Dalam arsitektur, semiotik sintatik merupakan tinjauan tentang perwujudan arsitektur sebagai paduan dan kombinasi dari berbagai sistem tanda. Hasil karya arsitektur akan dapat diuraikan secara komposisional dan ke dalam bagian-bagiannya, hubungan antara bagian dalam keseluruhan akan dapat diuraikan secara jelas.
3. Semiotik Semantik (Semiotic Semantic)
Semiotik semantik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan. Dalam arsitektur semiotik semantic merupakan tinjauan tentang sistem tanda yang dapat sesuai dengan arti yang disampaikan. Hasil karya arsitektur merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan oleh perancangnya melalui ekpresi wujudnya. Wujud tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya. Perwujudan makna suatu rancangannya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pengamatnya, jika ekspresi yang ingin disampaikan perancangnya sama dengan persepsi pengamatnya.
4. Ferdinand De Saussure
Teori Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-1913). Dalam teori ini simiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap malalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nilai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut.
Menurut Saussure, tanda terdiri dari: bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified.
Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterprestasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent” hamper serupa dengan Peirce yang mengistilahkan interprent untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsure tambahan dalam proses penambahan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Inovasi adalah suatu ide, karya atau subjek yang dianggap baru oleh seseorang, sedangkan cirri-ciri inovasi yang dirasakan oleh pra anggota suatu system sosial menentukan tingkatan adopsi.
Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling pertukaran informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama.
Semiotic (semiotic) adalah teori tentang pemberian “tanda. Secara garis besar semiotic digolongkan menjadi tiga konsep dasar, yaitu semiotic pragmatic (semiotic pracmatic), semiotic sintatik (semiotic Syntatic) dan semiotik semantik (semiotic semantic).
DAFTAR PUSTAKA
Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta, Raja Grafindo Persada)
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung, Citra Aditya Bakti, 2003
http://junaedi2008,blogspot.com/2009/01/teori-semiotik,html
No comments:
Post a Comment